Ahad 13 Aug 2023 07:20 WIB

Warga Kekurangan Air Bersih di Bogor Mulai Terserang Diare

Tren diare meningkat di wilayah yang mengalami kesulitan air bersih.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Friska Yolandha
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mendistribusikan air bersih kepada warga di Desa Sukahati, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/8/2023). BPBD Kabupaten Bogor telah menyalurkan 225.000 liter air bersih kepada warga Kabupaten Bogor yang terdampak kekeringan pada musim kemarau.
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mendistribusikan air bersih kepada warga di Desa Sukahati, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/8/2023). BPBD Kabupaten Bogor telah menyalurkan 225.000 liter air bersih kepada warga Kabupaten Bogor yang terdampak kekeringan pada musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat tren penyakit diare di tengah warga Kabupaten Bogor mulai meningkat. Dinkes Kabupaten Bogor memprediksi hal ini terjadi karena warga kesulitan mendapat air bersih di tengah kemarau yang melanda.

Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bogor, Adang Mulyana, mengatakan angka penyakit diare yang melanda warga Kabupaten Bogor masih fluktuatif. Hanya saja tren kasusnya cenderung meningkat.

Baca Juga

“Kemungkinan sih karena kemarau, sehingga mungkin sebagian sudah mulai kekurangan air bersih. Di satu sisi juga hygeine sanitasi yang belum optimal,” kata Adang, Sabtu (12/8/2023).

Untuk mengantisipasi menyebarnya penyakit tersebut, menurut Adang diperlukan kesadaran masyarakat akan kebersihan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Seperti cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah buang air kecil/besar, memasang air minum sampai mendidih, dan tidak mencuci alat makan di sungai.

Untuk sanitasi, sambung Adang, pada air bersih bisa dilakukan penyaringan terlebih dahulu atau dijernihkan. “Lebih baik pakai kaporit atau yang bisa membunuh kuman penyakit di air dan seterusnya,” ujarnya.

PHBS di rumah tangga, kata Adangc, perlu dilakukan untuk mencapai rumah tangga Sehat. Hal tersebut dapat dicapai denga melakukan 10 PHBS di rumah tangga.

“Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah,” jelasnya. 

Menerapkan PHBS di rumah tangga, dikatakan Adang, tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu meminimalisasi masalah kesehatan. Rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktifitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS di dalam rumah tangga adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.

“Kalau (penanganan) kasus tentu kita. Kalo yang bersifat perilaku PHBS kita memberikan sosialisasi, pelatihan juga. Untuk kegiatan yang berupa perubahan perilaku sebagaimana di sosialisasikan ke masyarakat akan kembali ke individu masing-masing,” kata Adang.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement