Jumat 04 Aug 2023 16:34 WIB

Tokoh Pemuda Puncak, Papua Tengah: Yang Terjadi Warga Kelaparan, tak Punya Sumber Makanan

Cuaca ekstrem di Puncak, Papua Tengah mengakibatkan warga mengalami gagal tanam.

Rep: Bambang Noroyono, Zainur Mashir Ramadhan/ Red: Andri Saubani
Wakil Presiden KH Maruf Amin memanggil Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum Keamanan, Panglima TNI, BNPB, dan Bulog terkait penanganan kasus kekeringan dan kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Rabu (2/8/2023).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden KH Maruf Amin memanggil Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum Keamanan, Panglima TNI, BNPB, dan Bulog terkait penanganan kasus kekeringan dan kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Rabu (2/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NABIRE — Anis Labane, tokoh pemuda asal Puncak, yang saat ini berada di Nabire, Papua, mengatakan kepada Republika, Jumat (4/8/2023), bahwa yang terjadi di Papua Tengah saat ini adalah bencana kelaparan yang mengakibatkan enam warga di dua distrik meninggal dua. Menurut Anis, kondisi cuaca ekstrem pemicu bencana kelaparan sudah terasa sejak Juni 2023.

“Yang terjadi sebenarnya, warga di atas (Puncak) tidak punya lagi sumber makanan karena kekeringan di sana (atas). Di atas, turun itu seperti salju dia, yang kalau kita hirup, itu seperti menghirup racun. Jatuh ke tanaman dia, tanamannya mati sampai ke akar-akarnya, tanah menjadi kering,” kata Labene saat dihubungi dari Jakarta, Jumat. 

Baca Juga

Kondisi cuaca ekstrem membuat ribuan masyarakat wilayah pegunungan di Papua Tengah mengalami gagal tanam. Kondisi tersebut yang membuat warga mengalami kelaparan karena tak ada sumber panganan sehari-hari.

Ribuan warga dari Distrik Agundugume, Lambewi, dan Oneri di Kabupaten Puncak, berangsur-angsur turun ke distrik induk di Sinak. Mereka mengungsi karena kekeringan di wilayah atas.

Enam warga, Labene mengatakan, meninggal dunia karena kondisi tersebut, termasuk satu balita. Mereka yang meninggal dunia sudah tentu karena kehabisan sumber makanan di wilayahnya. Kebanyakan warga, kata Anis, selama ini, berkebun menanam umbi-umbian seperti ubi maupun kentang untuk sumber panganan sehari-hari.

“Karena tanaman masyarakat banyak yang mati, ternak banyak yang mati, masyarakat tidak bisa kasih makan,” ujar Labene.

Labene mengatakan, banyak dari warga atas yang mengungsi ke bawah sudah dalam kondisi sakit. Di Puncak, kata Labene, sulit mencari akses kesehatan.

“Banyak dari mereka yang mengalami muntah-muntah darah, mencret, demam tinggi, mengalami pusing, dan sakit kepala,” ujar Labene.

Sampai saat ini, kata Labene, cuaca di Papua Tengah, pun masih tak menentu. Di Puncak, kata dia, karena wilayahnya memang pegunungan, membuat cuaca menjadi dingin, dan sesekali turun es yang mengeringkan pertanahan.

Di Sinak, yang menjadi distrik induk tujuan warga mengungsi, pun kerap mendung dan turun hujan. Di Nabire, sepanjang hari turun hujan sampai sore.

Namun, dalam tiga hari belakangan, kata Labene penyaluran logistik perbantuan membuat situasi saat ini menjadi lebih baik. Dikatakan dia konsentrasi penyaluran perbantuan berada di Distrik Sinak. Banyak dari warga Puncak yang memilih atau dihimbau turun ke distrik induk tersebut untuk mempermudah perbantuan, dan penyelamatan.

“Kalau ke atas, itu susah sekali aksesnya. Karenanya warga di atas diminta turun,” ujar Labene.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement