Jumat 04 Aug 2023 15:04 WIB

Bela Rocky Gerung, Din Syamsuddin Ingatkan Moeldoko tak Usah Pamer Kuasa

Din meminta Moeldoko dan pejabat lainnya tidak alergi terhadap kritikan dari rakyat.

Rep: Febryan A/ Red: Andri Saubani
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaikan khutbah Idul Fitri 1444 H di halaman parkir Jakarta International Equestrian Park, Pulomas, Jakarta, Jumat (21/4/2023). Dalam khutbahnya Din menekankan pentingnya persatuan umat Islam di tengah perbedaan pelaksanaan Shalat Id, pandangan, maupun partai politik.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin membela pengamat politik Rocky Gerung yang kini sedang terjerat kasus hukum karena menyebut Presiden Jokowi "bajingan tolol". Pembelaan ini disampaikan Din usai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko berencana melaporkan Rocky ke polisi. 

Din mengatakan, Rocky merupakan warga negara sekaligus cendekiawan yang tentu punya hak dan kewajiban untuk mengkritik pemerintah, termasuk presiden. Karena itu, Moeldoko dan para pejabat pemerintahan lainnya tidak usah pamer kuasa menghadapi kritikan dari Rocky. 

Baca Juga

"KSP Jenderal TNI (Purn) Moeldoko tidak usah bereaksi apalagi menunjukkan kekuasaan. Lebih baik mawas diri, mengevaluasi apakah kritik Rocky Gerung benar atau salah?" kata Din lewat keterangan tertulisnya berjudul 'Dukungan Kami Buat Rocky Gerung' yang diterima Republika di Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (4/8/2023). 

Din juga menyoroti pernyataan Moeldoko yang mengibaratkan Rocky sebagai robot tak punya hati. Menurut Din, pernyataan semacam itu bisa saja dibalas dengan sebuah pertanyaan. 

"Apakah para pejabat itu berotak dan berhati sehingga alergi terhadap kritik. Atau mereka patut diduga terbelenggu oleh syahwat kekuasaan, karena sedang menikmati kekuasaan itu," kata Din, sosok yang pernah menjadi Utusan Khusus Presiden Jokowi untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban. 

Lebih lanjut, Din mengaku setuju dengan kritik Rocky Gerung bahwa Pemerintahan Jokowi sudah menyimpang dari UUD 1945. Soal kritikan itu benar atau tidak, tentu bisa didiskusikan.

"Bahwa frasa dari pengamat ke pengamat berbeda dalam menyimpulkan penyimpangan rezim adalah ciri pribadi masing-masing," ujarnya. 

Din pun meminta Moeldoko dan pejabat lainnya untuk tidak alergi terhadap kritikan dari rakyat, apalagi menganggap kritikan sebagai serangan pribadi. Moeldoko seharusnya berpihak kepada rakyat karena gajinya berasal dari uang rakyat. 

"Pernyataan KSP Moeldoko bahwa beliau akan memasang badan terhadap Presiden hanyalah ekspresi adu otot, bukan adu otak. Di alam demokrasi sebaiknya dikembangkan adu otak dalam dialog, bila perlu debat," ujarnya menambahkan. 

Din mengaku yakin bahwa aksi pamer kuasa Moeldoko dan rencananya melaporkan Rocky ke polisi hanya akan menambah dukungan masyarakat kepada Rocky. Din adalah salah satu masyarakat yang akan mendukung. 

"Kalau Jenderal Moeldoko akan pasang badan bagi atasannya, maka banyak dari kami, termasuk saya, akan pasang otak untuk Rocky Gerung. Saya akan berada di samping Rocky Gerung, dan akan mengajak rakyat untuk mendukungnya. Bismillah," kata mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement