Selasa 01 Aug 2023 17:13 WIB

Soal 'Bajingan Tolol', Rocky Gerung: Saya Menghina Presiden, Bukan Jokowi

Rocky menegaskan tidak punya dendam sama sekali terhadap Jokowi sebagai manusia

Rep: Febryan A/ Red: Teguh Firmansyah
Rocky Gerung memakai masker dengan tanda silang sebagai tanda pembungkaman demokrasi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/3/2022). Haris Azhar diperiksa sebagai tersangka pada kasus pencemaran nama baik yang dilaporkan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, terkait konten video yang menyinggung soal dugaan Luhut terlibat dalam bisnis tambang di Papua. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika
Rocky Gerung memakai masker dengan tanda silang sebagai tanda pembungkaman demokrasi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/3/2022). Haris Azhar diperiksa sebagai tersangka pada kasus pencemaran nama baik yang dilaporkan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, terkait konten video yang menyinggung soal dugaan Luhut terlibat dalam bisnis tambang di Papua. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Rocky Gerung menyampaikan klarifikasi terkait orasinya yang menyebut Presiden Jokowi "bajingan tolol", dalam acara buruh di Bekasi beberapa waktu lalu. Rocky menegaskan, dirinya menghina presiden, bukan Jokowi.

"Saya menghina presiden, bukan Jokowi-nya. Itu bedanya tuh. Jadi mesti bedain, presiden itu adalah fungsi, dia tidak permanen, setiap lima tahun kita pilih," kata Rocky dalam wawancaranya dengan FNN yang diunggah di kanal YouTube Rocky Official, Selasa (1/8/2023). 

 

"Sesuatu yang kita pilih tidak mungkin kita beri martabat, karena martabat itu hanya melekat pada manusia yang autentik, bukan pada jabatan publik," kata Rocky menambahkan. 

 

Rocky menegaskan tidak punya dendam sama sekali terhadap Jokowi sebagai manusia. Dia hanya mengkritik kebijakan Presiden Jokowi terkait proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pembangunan proyek infrastruktur lainnya. 

 

Pernyataan "bajingan tolol" itu, lanjut dia, disampaikan dalam konteks mengkritik proyek IKN. Menurutnya, proyek IKN itu memang tolong karena keputusan politiknya dibuat sebelum ada analisis dampak lingkungan (Amdal) atas proyek pembangunan ibu kota di Kalimantan Timur tersebut. 

 

"Kalau pintar, (seharusnya) amdal dulu, baru keputusan politik. Semua yang saya terangkan itu ada basis akademisnya, lalu kenapa marah ke saya," kata sosok yang pernah menjadi dosen di Departemen Ilmu Filsafat UI itu. 

 

"Jadi, kalau ada yang baper (bawa perasaan), silakan baper. Saya anggap itu hak konstitusional saya untuk mengucapkan perbedaan," katanya menambahkan. 

 

Lebih lanjut, Rocky mengatakan, penggunaan kata "bajingan tolol" adalah hal yang lumrah dalam forum politik. Dia keberatan apabila kata-katanya itu dikait-kaitkan dengan adab ketimuran. Bahkan, Rocky berdalih bahwa penggunaan kata "bajingan" sebenarnya memperlihatkan keakraban. 

 

"Kata bajingan itu kalau dimasukkan ke dalam etnolingiustik itu, itu istilah yang bagus sebetulnya, istilah yang memperlihatkan ada keakraban. Saya ucapin aja tuh, memang bajingan Presiden Jokowi. Di dalam dalil itu suasanya debat politik, bukan saya menghina dia sebagai kepala keluarga (personal)," ujarnya. 

 

Sebelumnya dalam sebuah video yang beredar, Rocky mengkritisi kebijakan Jokowi membangun IKN. Rocky bahkan menyebut Jokowi seorang 'bajingan tolol'. "Begitu Jokowi kehilangan kekuasaan dia jadi rakyat biasa, nggak ada yang peduli nanti. Tapi ambisi Jokowi adalah pertahankan legacy. Dia masih ke Cina nawarin IKN. Masih mondar-mandir dari ke koalisi ke koalisi lain, cari kejelasan nasibnya," ujar Rocky dalam video. 

 

"Dia pikirin nasibnya sendiri, dia nggak pikirin kita. Itu bajingan yang tolol. Kalau dia bajingan pintar, dia mau terima berdebat dengan Jumhur Hidayat, tapi bajingan tolol sekaligus pengecut. Bajingan tapi pengecut," lanjut Rocky dalam video tersebut. 

 

Pernyataan tersebut membuat barisan pendukung Jokowi geram. Sejumlah relawan Jokowi melaporkan Rocky ke Bareskrim Polri, tapi laporan mereka ditolak. PDIP, partainya Jokowi, juga berencana memolisikan Rocky. Adapun pihak Istana Kepresidenan memastikan tidak akan melaporkan Rocky ke polisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement