Jumat 28 Jul 2023 16:13 WIB

Fenomena Langit Terbelah Awan di Ciamis, Ini Penjelasan BMKG

Bentuk langit sore itu seolah terbelah oleh awan yang lurus memanjang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Qommarria Rostanti
Fenomena awan memanjang seolah membelah langit terlihat di wilayah Kabupaten Ciamis pada Kamis (27/8/2023).
Foto: Dok Istimewa
Fenomena awan memanjang seolah membelah langit terlihat di wilayah Kabupaten Ciamis pada Kamis (27/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Sebuah fenomena alam awan panjang yang seolah membelah langit terjadi di Kabupaten Ciamis pada Kamis (27/7/2023) sore. Pemandangan itu pun membuat warga sekitar tampak kagum.

Salah seorang warga Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Hermansyah (32 tahun), mengaku kagum melihat awan pangang yang membelah langit pada sore itu. Pasalnya, ia baru pertama kali melihat fenomena tersebut.

Baca Juga

"Saya mau sholat Magrib, menengok ke langit lihat seperti itu. Langsung saya abadikan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (28/7/2023).

Menurut Hermansyah, bentuk langit sore itu seolah terbelah oleh awan yang lurus memanjang. Awan yang berwarna keunguan itu seolah membelah langit yang berwarna biru.

"Sangat bagus, karena memang cuacanya sedang cerah," kata dia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun telah memberikan penjelasan terkait fenomena itu. Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, awan menanjang lurus itu merupakan fenomena yang lumrah terjadi.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengatakan, terdapat dua kemungkinan terkait fenomena tersebut. Kemungkinan pertama, fenomena tersebut adalah awan yang termasuk pada jenis awan Arcus. 

"Awan arcus adalah jenis awan rendah yang terbentuk pada ketinggian sekitar dua kilometer di atas permukaan bumi," kata dia ketika dikonfirmasi.

Ia menilai, ketika dilihat lebih teliti, awan yang terbentuk di wilayah Ciamis itu tergolong ke dalam jenis awan Arcus berjenis awan Roll. Awan Roll sendiri terbentuk akibat pertemuan massa udara hangat yang bertemu dengan massa udara dingin. Kondisi itu memaksa massa udara hangat untuk naik ke atas oleh karena lebih ringan, dan di sepanjang batas pertemuan dua massa udara tersebut terbentuk awan Roll.

Dia mengatakan, secara karakteristik, awan Roll dapat terbentuk secara independen tanpa adanya awan hujan atau Cumulonimbus (Cb). Hal tersebut terjadi karena disipasi yang cepat dari awan Cb meninggalkan proses updraft dan downdraft yang menyebabkan terbentuknya awan Roll yang berbentuk memanjang.

Kemungkinan kedua, fenomena tersebut adalah contrails, yang merupakan singkatan dari Condensation Trails atau jejak kondensasi. "Contrails terbentuk ketika pesawat melintas di atmosfer, terutama troposfer atas, oleh karena adanya uap air di lapisan tersebut, maka partikulat (PM) yang dihasilkan oleh pesawat tersebut akan terkondensasi bersama dengan uap air di lapisan tersebut membentuk awan yang lurus melintang di horizon," kata Teguh Rahayu.

Menurut dia, berdasarkan kondisi atmosfer yang terlihat dari satelit, terlihat adanya kelembapan udara yang tinggi dan rendah di sekitar Jawa Barat bagian timur atau di sekitar Tasik dan Ciamis. Akibatnya, peluang terbesar fenomena tersebut adalah awan Roll yang terbentuk akibat pertemuan massa udara hangat (kelembapan udara tinggi) dan massa udara dingin (kelembapan udara rendah).

Dia mengimbau masyarakat untuk tidak panik melihat fenomena awan tersebut. Pasalnya, awan Roll merupakan fenomena biasa dalam dinamika atmosfer. 

"Awan tersebut tidak berkaitan dengan prekursor bencana maupun langit terbelah, namun fenomena umum terbentuknya awan akibat suatu kondisi atmosfer tertentu," ujar dia.

Teguh juga meminta masyarakat untuk tidak melihat informasi dari sumber yang tidak jelas dan berpotensi hoaks. "Upayakan melihat atau mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang jelas seperti kanal berita resmi BMKG dan institusi resmi lain terkait," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement