Rabu 26 Jul 2023 23:44 WIB

Bendungan Katulampa Kering, BMKG: Dua Pekan Kawasan Puncak Belum Diguyur Hujan

Memasuki Juli 2023, curah hujan kawasan Puncak rendah dengan sifat di bawah normal

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Memasuki musim kemarau, Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Ciliwung di Bendungan Katulampa, Kota Bogor menyentuh angka 0 centimeter dengan debit air sekitar 3.000 liter hingga 4.000 liter per detik, Rabu (26/7/2023). Kondisi ini pun dimanfaatkan warga untuk beraktivitas di sungai.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Memasuki musim kemarau, Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Ciliwung di Bendungan Katulampa, Kota Bogor menyentuh angka 0 centimeter dengan debit air sekitar 3.000 liter hingga 4.000 liter per detik, Rabu (26/7/2023). Kondisi ini pun dimanfaatkan warga untuk beraktivitas di sungai.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Citeko, Kabupaten Bogor mencatat selama hampir dua pekan kawasan Puncak belum dilanda hujan yang signifikan. Hal itu pun diperkirakan salah satu menjadi penyebab keringnya Bendungan Katulampa, Kota Bogor dengan Tinggi Muka Air (TMA) 0 centimeter.

Kepala Stasiun BMKG Citeko, Fatuhri Syabani, mengatakan pada Selasa (25/7/2023) malam, kawasan Puncak memang diguyur hujan, namun tidak tergolong deras. Diperkirakan hal itu juga menyebabkan pengisian debit air di daerah tangkapan hujan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung pun tidak signifikan.

“Jadi kalau kita lihat ke belakang, sudah lebih dari satu minggu tidak ada hujan. Bahkan mungkin hampir dua minggu tidak ada hujan di wilayah Puncak, data dari stasiun kami di Citeko,” kata Fatuhri kepada Republika, Rabu (26/7/2023).

Lebih lanjut, Fatuhri menjelaskan, memasuki Juli 2023, curah hujan di kawasan Puncak rendah dengan sifat hujan di bawah normal. Mengingat saat ini sejumlah wilayah di Jawa Barat sudah masuk musim kemarau, termasuk Bogor.

“Walaupun sebenarnya Kota Bogor dan Puncak boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara musim hujan dan kemarau. Jadi walaupun kemarau masih ada hujan, tapi memang intensitasnya pada saat kemarau kita menurun curah hujannya sedikit,” jelasnya.

Fatuhri menjelaskan, mengacu dari prakiraan dari Stasiun Klimatologi Jawa Barat, puncak kemarau akan tiba pada Agustus-September. Kemudian kembali hujan lagi pada Oktober-November.

Menurut Fatuhri, terlambatnya musim hujan pada tahun ini masih dinamis. Lantaran pengaruh El Nino atau atau fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal di Samudera Pasifik bagian tengah masih belum tiba.

“Masih dinamis. Karena pengaruh dari El Nino sekarang juga masih belum masuk. Belum tahu akan menguat atau El Nino moderat, kita tunggu saja rilisnya dari BMKG,” ujarnya.

Sementara itu, memasuki musim kemarau, tinggi muka air (TMA) Sungai Ciliwung di Bendungan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor mencapai 0 centimeter. Kondisi ini sudah berlangsung terhitung sejak awal Juni 2023 hingga sekarang.

Pelaksana Bendungan Katulampa, Andi Sudirman, menjelaskan penyebab dari rendahnya TMA dan debit air Ciliwung di Bendungan Katulampa, yakni belum ada hujan dengan intensitas tinggi di kawasan hulu Sungai Ciliwung. Yakni di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor tepatnya di Telaga Saat, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

“Selain kemarau barangkali belumnya ada hujan di kawasan Puncak atau hulu, yang menjadi salah satu penambahan debit di Katulampa. Belum ada hujan yang mengkhawatirkan di kawasan hulu,” kata Andi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement