Rabu 26 Jul 2023 23:11 WIB

Antraks di Gunungkidul Meluas

Kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul kini ditemukan di dua padukuhan.

Rep: Idealisa Masyrafina, Wilda Fizriyani/ Red: Andri Saubani
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri aktraks di Dusun Jati, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). Penyemprotan ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit antraks. Menurut Kemenkes, kasus antraks di Dusun Jati sudah bisa masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Karena sudah ada satu kematian suspek antraks, tetapi kewenangan KLB ada di Pemkab Gunungkidul.
Foto:

Pada dua pekan lalu, sebagai tindak lanjut dalam menangani antraks yang sedang terjadi di Gunungkidul, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul melakukan vaksinasi hewan ternak kambing dan sapi di Padukuhan Kropyak, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Kamis (13/7/2023). Dalam kesempatan tersebut hadir juga Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Syamsul Maarif, meninjau dan bertemu dengan warga pemilik ternak.

"Jika ada ternak yang sakit, mohon untuk segera melapor ke Puskeswan atau Dinas agar ditindak lanjuti," kata Syamsul, memberikan edukasi kepada para pemilik ternak.

Ditemui usai melakukan vaksinasi, Syamsul juga menjelaskan vaksinasi ini bertujuan untuk mengamankan ternak dari sebaran spora melalui udara, "Dalam radius 3 sampai 5 km kita beri vaksin agar ternak aman, karena vaksin memberikan kekebalan kepada ternak," kata Syamsul.

Terkait dengan asuransi ternak, masih dalam pembahasan. Sebab dari pihak asuransi sendiri enggan memberikan asuransi apabila ternak yang mati berstatus wabah.

"Jadi pihak asuransi tidak mau apabila itu wabah," jelas Syamsul.

Wabah antraks di Gunungkidul, Yogyakarta belakangan menjadi sorotan, menyusul meninggalnya tiga warga setempat dan puluhan orang dilaporkan positif antraks setelah mengonsumsi daging sapi yang sudah mati. Guru Besar Bidang Kesehatan Hewan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof Lili Zalizar mengatakan, penyakit antraks sulit diberantas.

Alasannya, antraks ditularkan melalui spora yang bisa tahan di tanah selama bertahun tahun. Karena tahan sampai puluhan tahun di tanah, kemungkinan ternak bisa terinfeksi dari makanan rumput yang tercemar spora antraks.

"Oleh karena itu, ternak yang mati diduga karena antraks harus dikubur dengan kedalaman minimal dua meter,” ungkap Lili.

Dosen prodi peternakan UMM itu menjelaskan, antraks merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia (zoonosis) yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penularan terjadi melalui spora antraks yang bisa masuk melalui tiga jalur.

Pertama, yakni spora antraks bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran nafas (terhirup) yang dapat menyebabkan sesak napas hingga berujung pada kematian. Selain itu, spora antraks bisa masuk melalui luka pada kulit  yang bisa menyebabkan bisul atau pembengkakan di tempat yang terinfeksi. Ketiga, spora antraks masuk ke saluran pencernaan dari daging hewan yang tidak dimasak dengan baik atau dengan suhu tinggi.

Menurut dia, gejala klinis pada hewan yang terserang antraks yaitu berupa kejang kejang dan tiba-tiba jatuh. Selain itu, juga ditemukan keluarnya darah dari mulut, hidung, anus dan vagina pada ternak betina.

Jika menemukan kejadian ini, para peternak dapat segera membuat laporan ke dinas peternakan atau mantri hewan. Para peternak juga dilarang keras untuk menyembelih hewan yang diduga terkena antraks. Hal ini karena darah yang keluar pada waktu penyembelihan berisi bakteri antraks. 

"Selain itu, di daerah endemik antraks seharusnya dilakukan vaksinasi secara reguler,” ucap Lili.

Dosen asli Subang, Jawa Barat juga memberikan beberapa tips untuk masyarakat yang ingin mengonsumsi daging agar tetap aman. Satu di antaranya yaitu memastikan membeli daging yang ternaknya disembelih di rumah potong hewan (RPH). Daging juga harus dimasak dengan suhu tinggi agar spora yang ada di daging mati.

Menurut dia, daging sebaiknya dimasak menggunakan presto atau autoclave dengan suhu 121 derajat celcius selama 15 menit. Kemudian, direbus kembali dengan suhu 100 derajat celcius selama satu sampai dua jam.

Untuk itu, antraks tidak hanya menyerang sapi tetapi juga dapat kambing, domba, kerbau dan juga babi. Penyebaran antraks antar hewan biasanya terjadi karena hewan ternak memakan rumput yang dekat dengan tempat di mana hewan tertular antraks dikubur.

 

 

 

photo
Tradisi Mbrandu dan Wabah Antraks di Gunungkidul - (infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement