Jumat 21 Jul 2023 06:07 WIB

Muhadjir: Stunting Dientaskan, Indonesia Jadi Negara Kuat dan Maju

Persoalan stuntIng tak hanya berkaitan kesehatan, tapi juga kondisi sosial ekonomi.

Menko PMK Muhadjir Effendy meninjau petugas posyandu yang sedang mengukur tinggi anak.
Foto: Republika.co.id
Menko PMK Muhadjir Effendy meninjau petugas posyandu yang sedang mengukur tinggi anak.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy menyampaikan, apabila persoalan stunting dapat dituntaskan, bangsa Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan mampu bersaing dengan negara maju lainnya.

Muhadjir menjelaskan, untuk mewujudkan mimpi itu, anak-anak muda, khususnya yang saat ini tengah menempuh pendidikan di jenjang perguruan tinggi harus dibekali persiapan yang matang sehingga dapat menjadi bagian dari generasi yang unggul dan menciptakan keturunan yang berkualitas di masa yang akan datang. 

"Untuk mewujudkan semua itu, perlu pemenuhan gizi yang optimal sejak dini. Edukasi ini perlu ditanamkan kepada para mahasiswa sehingga masalah stunting dapat diantisipasi," kata Muhadjir dalam seminar bertema 'Strategi Percepatan Penurunan Stunting dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045' secara daring yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah Pontianak, dikutip, Kamis (20/7/2023).

Muhadjir menjelaskan, stunting dapat terjadi dari sejak proses kehamilan dan setelah bayi terlahir. Sehingga sangat dibutuhkan pemberian makanan tambahan bagi Batita serta edukasi yang baik terhadap para calon orang tua.

Terlebih, sambung dia, saat ini angka prevalensi stunting di Provinsi Kalimantan Barat masih tergolong tinggi. Angkanya sebesar 27,8 persen, atau berada di urutan ke delapan terbanyak se-Indonesia.

"Oleh karena itu, maka sangat penting peran dan keterlibatan perguruan tinggi memberikan edukasi kepada mahasiswa dan masyarakat, terutama untuk memperbaiki permasalahan gizi dan anemia pada remaja," kata Muhadjir.

Berdasarkan data SSGI tahun 2022, saat ini, Indonesia telah berhasil menekan angka prevalensi stunting hingga 21,6 persen. Meski begitu, angka tersebut masih harus ditekan hingga mencapai 14 persen pada akhir tahun 2024 mendatang sebagaimana target Presiden Joko Widodo.

Muhadjir menjelaskan, persoalan stunting juga tidak hanya berkaitan dengan permasalahan kesehatan saja. Namun terdapat faktor lain yang berpengaruh seperti kondisi sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Sehingga upaya penanggulangannya memerlukan peran dan dukungan dari semua sektor.

"Intervensi spesifik dan sensitif harus berjalan beriringan. Data P3KE yang kita miliki dapat dimaksimalkan sehingga intervensi dapat tepat sasaran dan terus berkesinambungan," kata Muhadjir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement