Ahad 09 Jul 2023 23:11 WIB

Pemkot Yogyakarta Tingkatkan Pemantauan Hewan Menyusul Kasus Antraks di Gunungkidul

Hingga kini belum ditemukan adanya ternak di Kota Yogyakarta terpapar antraks.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andri Saubani
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri aktraks di Dusun Jati, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). Penyemprotan ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit antraks. Menurut Kemenkes, kasus antraks di Dusun Jati sudah bisa masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Karena sudah ada satu kematian suspek antraks, tetapi kewenangan KLB ada di Pemkab Gunungkidul.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri aktraks di Dusun Jati, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). Penyemprotan ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit antraks. Menurut Kemenkes, kasus antraks di Dusun Jati sudah bisa masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Karena sudah ada satu kematian suspek antraks, tetapi kewenangan KLB ada di Pemkab Gunungkidul.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemantauan hewan ditingkatkan di Kota Yogyakarta usai ditemukannya penularan antraks pada manusia di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Pemantauan ini ditingkatkan utamanya ke peternak dan Rumah Pemotongan Hewan (RPH). 

"Setelah ada informasi antraks di salah satu kabupaten di DIY,  kami melakukan peningkatan (pemantauan) dan kewaspadaan antraks pada hewan ternak yang ada di Kota Yogyakarta," kata Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta, Sri Panggarti belum lama ini. 

Baca Juga

Dari hasil pemantauan yang dilakukan, pihaknya belum menemukan adanya hewan yang terpapar antraks di Kota Yogyakarta. Sri menjelaskan beberapa ciri-ciri hewan ternak yang terkena antraks. 

Mulai dari hewan yang mendadak mati, merasa gelisah, demam, serta terlihat luka pada lidah dan tenggorokan. Jika ditemukan ciri-ciri tersebut, diduga hewan sudah terkena penyakit antraks. 

"Sampai saat ini semua hewan negatif antraks, tidak ada yang bergejala," ucap Sri. 

Meski belum ditemukan adanya hewan yang terpapar antraks di Kota Yogyakarta, namun edukasi secara masif juga dilakukan kepada masyarakat, khususnya kepada peternak. Bagi peternak yang akan memasukkan hewan ke Kota Yogyakarta, juga diminta untuk memastikan hewan tersebut sudah mengantongi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). 

"Kami juga melakukan edukasi ke peternak agar lebih membatasi pemasukan ternak dari luar, dan harus ber-Surat Keterangan Kesehatan Hewan," ungkapnya. 

Terkait dengan pencegahan dan pengendalian antraks, Sri menekankan bisa dilakukan dengan vaksinasi bagi daerah endemis, pengobatan. Selain itu, pengawasan lalu lintas hewan dan produk pangan asal hewan, isolasi hewan, serta memberikan desinfektan juga penting untuk dilakukan.

"Saya berharap peternak lebih peduli terhadap kesehatan hewan ternaknya. Pastikan hewan selalu dalam kondisi sehat, jika ternak ya ada gejala sakit, segera melaporkan ke Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta untuk ditangani," kata Sri. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement