REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Ketersediaan benur (bibit udang) dan instalasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) adalah dua faktor kunci untuk mencapai kesuksesan dalam usaha tambak udang Vaname. Benur yang sehat dan berkualitas akan memberikan hasil yang lebih baik dalam pertumbuhan udang dan mengurangi risiko penyakit. Sedangkan IPAL sebagai aspek penting dalam tambak udang, dapat mempengaruhi kualitas lingkungan, menjaga kualitas air dan meminimalkan dampak negatif pada pertumbuhan udang.
Dua kunci utama itulah yang disampaikan mantan gubernur Babel Erzaldi Rosman pada kegiatan Pelepasan Induk Udang Pasca Masa Karantina dan Peresmian Instalasi Karantina Ikan Berbasis Cara Karantina Ikan Yang Baik Grade A, di CV Sumber Hatchery Bangka, Desa Mapur, Kecamatan Riau Silip, Bangka, Rabu (5/7/2023).
Dengan terpenuhinya kunci utama tersebut, dan semakin banyaknya tambak udang dan hatchery di Bangka Belitung, Erzaldi yakin Bangka Belitung akan menjadi penyumbang produksi udang vaname secara nasional. "Saya yakin, target nasional untuk ekspor dua juta ton udang pertahun akan tercapai bila hal ini dapat diselesaikan. Dan Bangka Belitung akan menjadi penyumbang terbesar seiring semakin banyaknya usaha tambak udang" ujarnya seperti dalam siaran pers.
Masalah dan solusi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2021 hingga 2022, dikatakan oleh Erzaldi Rosman merupakan daerah yang pertumbuhan ekonominya pulih tercepat nomor dua di seluruh Indonesia, pascapandemi Covid-19. Dan sektor perikanan dan kelautan adalah salahsatu sektor penyumbang terbesar, dalam pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung paska Covid-19 tersebut.
"Namun beberapa belakangan ini mulai nampak kelesuan, bukan karena apa-apa, tetapi karena ada penyakit ada di mana mana, dan dalam berbagai diskusi adalah benur udang vaname yang kurang dan sangat jauh," jelasnya.
Dengan semakin dekat benur yang dapat ditebar dari lokasi, otomatis akan lebih efektif. Oleh karenanya sebagai masyarakat Bangka Belitung dirinya sangat bersyukur CV Sumber Hatchery Bangka bersama dengan para stakeholdernya, sangat berani mengambil resiko ini. "Instalasi karantina yang sebegitu canggih dan sebegitu modernnya, tanpa keberanian tidak mungkin terjadi. Bahkan orang Bangka Belitung menyebut ko Amen ini sedikit gila, mau berani mengambil resiko ini. Namun dibalik kegilaannya yang secara sadar itu, seseorang ko Amen ini ada manfaatnya bagi banyak orang," ujarnya mengandaikan.
Erzaldi juga menerangkan, saat ini yang menjadi masalah dan menjadi momok untuk kemajuan tambak udang dan hatchery di Bangka Belitung yaitu adalah masalah sulitnya perijinan. Erzaldi berharap dalam perijinan ini pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat memiliki koordinasi berjenjang yang jelas.
Selain perijinan, salahsatu yang juga menjadi krusial dalam usaha tambak udang adalah belum adanya standarisasi IPAL. "Padahal IPAL yang keliru akan menyebabkan pencemaran di mana-mana dan akan mengganggu produksi tambak itu sendiri," ujarnya.
Oleh sebab itu Erzaldi mengharap kepada pemerintah dalam hal ini, dapat membuat satu panduan tentang standar pembangunan IPAl bagi tambak udang. "Semakin banyaknya tambak udang dan hatchery, pemerintah pusat akan menjadikan Bangka Belitung sebagai pusat kluster udang vaname" ujarnya.
Kegiatan dihadiri langsung Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Dr Pamuji Lestari dan Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) Pangkalpinang, Dedi Arief Hendriyanto.