Jumat 23 Jun 2023 00:15 WIB

Pengamat: Peluang Prabowo Kalahkan Ganjar Lebih Baik Jika Gandeng Anies

Saiful Mujani menilai jika Golkar ke PDIP, terbuka peluang Prabowo bersama Anies.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Pabowo Subianto dan Anies Baswedan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pabowo Subianto dan Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Saiful Mujani merasa potensi Pilpres 2024 diikuti cuma dua pasangan capres-cawapres masih terbuka. Apalagi, jika dua dari tiga capres dengan elektabilitas tertinggi memilih berkoalisi.

Ia mengatakan, kemungkinan capres KKP, Anies Baswedan, berkoalisi dengan capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, cukup terbuka. Apalagi, keduanya sudah pernah bekerja sama memenangkan Pilgub DKI Jakarta.

Baca Juga

Saiful melihat, sikap Partai Golkar sebagai parpol besar memang menjadi kunci yang sangat penting. Selain karena mereka memang belum memutuskan sikap, raihan kursi DPR RI dari Golkar kedua terbesar setelah PDIP.

Apalagi, jika nantinya Partai Golkar memilih bergabung dengan PDIP dan mengusung Ganjar Pranowo. Kondisi itu malah membuka jalan bagi Anies Baswedan harus legawa menerima posisi cawapres dari Prabowo Subianto.

"Sejauh ini peluang itu lebih baik untuk mengalahkan Ganjar, kalau Prabowo dengan Anies bergabung, wakilnya Anies, nomor satunya Pak Prabowo, itu bisa saja terjadi," kata Saiful, Kamis (22/6).

Pendiri SMRC itu merasa, koalisi yang berisikan Prabowo Subianto sebagai capres dan Anies Baswedan sebagai cawapres menjadi salah satu alternatif yang sangat kuat. Jika itu terjadi, kemungkinan cuma akan ada dua poros.

Maka itu, sikap partai sebesar Golkar memang menjadi semakin penting. Jika Golkar memilih bergabung dengan PDIP, selain membuka peluang bagi Anies ke Prabowo, membuka peluang pilpres berlangsung satu putaran.

Terlebih, jika melihat raihan elektabilitas yang dicatat lembaga-lembaga survei beberapa waktu terakhir. Hasilnya, memang Prabowo dan Ganjar jadi yang paling kompetitif, sedangkan selisih dengan Anies cukup banyak.

Kondisi ini dirasa membuat daya tawar dari Partai Demokrat jadi lebih dinamis. Sebab, tuntutan menjadi semakin kuat agar segera diputuskan karena sekalipun kalah, posisi cawapres tetap memberi nilai politik.

"Kalau tidak jadi wakil, poinnya apa harus bersama dengan Nasdem dan PKS. Mungkin kalau tidak jadi wakil akan lebih bagus dengan PDIP karena ada peluang menang lebih terbuka dan membuka jalan baru (Demokrat-PDIP)," ujar Saiful.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement