Kamis 22 Jun 2023 17:52 WIB

Ditanya Polusi Jakarta, Heru Budi Sebut Pemprov Tanam Pohon Tiap Pekan

Pj Gubernur DKI juga sebut Pemprov berupaya tambah RTH di Jakarta

Rep: Haura Hafidzah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan memiliki langkah-langkah untuk membuat berkurangnya pencemaran udara.
Foto: Republika/Haura Hafizhah
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan memiliki langkah-langkah untuk membuat berkurangnya pencemaran udara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta punya solusi untuk mengatasi polusi udara. Salah satunya dengan menanam pohon dan menggunakan kendaraan listrik.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan memiliki langkah-langkah untuk membuat berkurangnya pencemaran udara."Kaya kami nih, tiap minggu menanam pohon, diusahakan ruang terbuka hijau (RTH) nya bertambah," kata Heru di di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Kamis (22/6/2023).

Kemudian, ia melanjutkan nantinya Transjakarta akan menggunakan bus listrik. Tidak hanya itu, kendaraan dinas secara bertahap juga akan diganti menjadi kendaraan listrik.

Ia menambahkan melalui pembayaran pajak sudah berikan insentif pajak bagi masyarakat yang membeli kendaraan listrik diberikan keringanan pajak."Ya harapan pemerintah pusat adalah perpindahan menjadi kendaraan listrik," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Anggota DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta agar memperbanyak alat pengukur udara di Jakarta. Hal itu disampaikan menanggapi kondisi kualitas udara yang buruk di Jakarta, bahkan beberapa kali menjadi yang terburuk di dunia, versi situs pemantau polusi udara IQ Air.

"DLH harus memperbanyak alat pengukur udara, karena dengan semakin banyak kita bisa evaluasi secara detail dan langkah prioritas apa yang harus dilakukan. Iya (IQ Air) nggak cukup," kata Gembong, Sabtu (17/6/2023).

Dia mengatakan, sudah seharusnya Jakarta memiliki banyak alat pengukur suhu yang memadai untuk melakukan evaluasi secara lebih riil. Dengan alat pengukur yang banyak dan bekerja maksimal, upaya dan langkah yang dilakukan bisa lebih tepat sasaran.

"Misalkan langkah pertama harus mengurangi kendaraan bermotor, kan jelas," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement