REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua spanduk berisi pengumuman sudah terpasang di perlintasan sebidang sebelah selatan Stasiun Pasar Minggu, Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Spanduk itu berisi pengumuman sangat jelas, yaitu uji coba perlintasan sebidang di jalan sempit yang menghubungkan kawasan Pasar Minggu dan Condet, Jakarta Timur tersebut.
Uji coba penutupan palang pintu perlintasan di Jalan Masjid Al-Makmur diberlakukan guna mengurangi kemacetan yang sering terjadi di sekitar Pasar Minggu. Apalagi, sudah ada jalan alternatif samping rel kereta yang terhubung dengan Flyover Tapal Kuda yang berada di ujung Jalan Poltangan Raya.
Dengan penutupan jalur sebidang maka pengendara yang biasa lawan arah, kini tidak bisa lagi melakukan aktivitas itu. Pun kendaraan dari Pasar Minggu yang ingin ke Condet dan sebaliknya, nantinya harus memutar terlebih dulu. Efek baiknya, kemacetah di depan Stasiun Pasar Minggu bisa menghilang.
Petugas Penjaga Jalan Lintasan (PJL) Pasar Minggu, Ahmad Rifai, menjelaskan, uji coba penutupan palang pintu KRL sudah dimulai sejak Senin (19/6/2023). Menurut dia, uji coba penutupan perlintasan sebidang diawali dengan larangan kendaraan rodat empat melintas.
"Uji coba penutupan ini sebenernya sudah berlaku dari hari Senin kemarin, tapi untuk penutupan resminya saya masih kurang tahu kapannya," ujar Rifai saat ditemui Republika.co.id di perlintasan sebidang Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa.
Menurut Rifai, kendaraan roda empat sudah diarahkan untuk melintasi jalan tembus samping rel menuju arah Poltangan. Jika ingin menuju arah Tanjung Barat, Lenteng Agung atau Kota Depok, kendaraan bisa terus melaju ke selatan. Adapun kalau ingin memutar ke arah Pasar Minggu atau Pancoran, mobil dan sejenisnya bisa menggunakan Flyover Tapal Kuda.
Hanya saja, pantauan Republika.co.id di lokasi, aturan itu sepertinya tidak diindahkan pengendara. Buktinya mobil maupun mobil pick up masih melintasi Jalan Masjid Al-Makmur. Laku lintas di kawasan tersebut juga tetap ramai dilewati oleh kendaraan, meski arus harus kerap terhenti akibat intensitas perjalanan KRL Commuter Line yang padat, khususnya pada pagi dan sore hari.
Menurut warga setempat Hisam, uji coba penutupan palang pintu perlintasan KRL cukup merepotkan. Hal itu karena mobilitas warga menjadi harus memutar jauh. Padahal, biasanya mereka cukup melintasi perlintasan sebidang atau menunggu kereta lewat jika ingin ke Pasar Minggu atau Condet.
"Jika penutupan pintu perlintasan KRL ini beneran terjadi, maka akan sulit untuk kami selaku warga setempat karena harus melewati jalur yang cukup jauh dan cukup memakan waktu," ujar Hisam.