REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, mengatakan pertemuan dua tokoh muda, yakni Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono dengan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, berdampak positif terhadap iklim demokrasi di Indonesia.
Selama ini, menurut Najmuddin, publik melihat jalinan komunikasi politik antarkedua tokoh ini tidak lancar lantaran pengaruh masa lalu Susilo Bambang Yudhoyono dengan Megawati Soekarnoputri.
"Saya melihat pertemuan Puan dan AHY bisa berdampak positif bagi demokrasi. Dalam demokrasi tidak ada permusuhan. Yang ada hanya perbedaan pandangan tentang kebijakan. Apa yang terjadi selama bahwa Komunikasi antara Mega dan SBY memang menemui titik ketidaksepahaman. Ini justru dapat merusak demokrasi," kata Najmuddin, Senin (19/6/2023).
Najmuddin berharap usai pertemuan AHY dengan Puan ini berlanjut kepada inisiasi pertemuan SBY dan Megawati. "Saya berharap pertemuan kedua elite partai itu merupakan bagian dari politik silaturahmi. Karena langkah tersebut dapat menciptakan suasana politik yang damai," ujar Najmuddin.
Najmuddin melihat dari pertemuan Puan dan AHY di kawasan Senayan, Jakarta kemarin masih sebatas komunikasi biasa. Ia belum melihat ada tanda-tanda Partai Demokrat membelot dari Koalisi Perubahan dan bergabung dengan PDIP pengusung Ganjar Pranowo.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bertemu Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, di Senayan, Ahad (18/6) pagi. Usai pertemuan 1,5 jam, AHY menyampaikan pujian kepada sosok Puan Maharani.
AHY mengakui, selama dua dekade terakhir ini komunikasi dan hubungan antara Partai Demokrat dan PDI Perjuangan belum bisa berjalan sebaik yang diharapkan. Tapi, ia tidak ingin membahas masa lalu.
Bagaimanapun, lanjut AHY, Partai Demokrat dan PDI Perjuangan merupakan partai politik besar yang sudah berpengalaman. Baik sebagai partai penguasa maupun sebagai partai oposisi dari pemerintahan. "Mudah-mudahan pertemuan ini menjadi oase bagi semuanya," kata AHY.