Rabu 14 Jun 2023 15:24 WIB

Erick Thohir Sulap Bekas Sekolah Bung Karno Jadi Pos Bloc di Surabaya

Erick meminta semua pihak harus pastikan aset-aset BUMN bermanfaat

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri BUMN Erick Thohir. Menteri BUMN Erick Thohir terus melakukan program revitalisasi aset-aset bersejarah dan bernilai tinggi milik perusahaan negara.
Foto: Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir. Menteri BUMN Erick Thohir terus melakukan program revitalisasi aset-aset bersejarah dan bernilai tinggi milik perusahaan negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir terus melakukan program revitalisasi aset-aset bersejarah dan bernilai tinggi milik perusahaan negara.  Kali ini, giliran aset PT Pos Indonesia (Persero) di Surabaya yang dilirik Erick untuk ditingkatkan nilai ekonomi aset BUMN tersebut.

Aset yang direvitalisasi tersebut adalah cagar budaya Gedung Kantor Pos Kebonrojo yang berada di Jalan Kebonrojo Nomor 10, Surabaya. "Khusus di PT Pos Indonesia, sejak awal memang ada 4 aset besar, yaitu di Jakarta, Medan, sekarang di Surabaya, dan satu lagi di Bandung," ujar Erick dalam kunjungannya ke Pos Bloc Surabaya, Jawa Timur, Rabu (14/6/2023).

Hadir mendampingi Erick dalam kunjungannya tersebut Walikota Surabaya Eri Cahyadi, Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmat Djumadi, serta Direktur Utama Pos Properti Junita Roemawi.

Erick menyebutkan, sejak awal, pihaknya telah menemukan aset-aset BUMN yang banyak mangkrak dan tidak bermanfaat.  Atas dasar itu diperlukan revitalisasi aset-aset yang menganggur itu hingga memberikan kontribusi berupa keuntungan kepada BUMN pemilik asetnya. 

"(Revitalisasi) harus dilakukan, karena BUMN perlu memberikan kontribusi kepada negara. Negara membutuhkan pemasukan bukan hanya dari pajak, tetapi dari BUMN, dalam bentuk dividen," ucap pria berusia 53 tahun tersebut.

Erick menitipkan kepada BUMN pemilik aset dan pemerintah daerah agar menjaga aset-aset BUMN yang sudah direvitalisasi tersebut agar tetap produktif. "Setelah dibangun jangan malah jadi sepi. Padahal sudah dibangun, setahun kemudian malah ditinggalkan. Lihat Sarinah, mereka untung," pesan Erick. 

Sebelumnya, Erick telah mendorong dan menuntaskan revitalisasi aset BUMN lain yaitu pusat perbelanjaan dan cagar budaya Sarinah di Jakarta, perusahaan musik bersejarah di Solo Lokananta. Erick juga baru saja menyelesaikan revitalisasi Gedung Danareksa di Jakarta. 

Selain itu, kata Erick, PT Pos Indonesia juga sudah mengoperasikan aset hasil revitalisasi ‘Pos Bloc’ di Pasar Baru, Jakarta untuk pasar UMKM, produk lokal, seni, hingga budaya. 

Aset-aset bersejarah milik BUMN ada yang sudah dimanfaatkan dengan baik, seperti Pos Bloc di Pasar Baru untuk UMKM, produk lokal, seni dan budaya. Area cagar budaya itu dulunya Gedung Filateli Pos yang kini menjadi Pos Bloc.

Erick mengatakan, semua pihak harus pastikan aset-aset BUMN bermanfaat. Gunakan untuk public space yang disukai anak muda agar lebih kreatif. Karena 55 persen penduduk Indonesia adalah berusia muda. 

"Mohon dukungan agar ini menjadi tempat untuk kolaborasi, masyarakat kreatif. Kita jaga bersama-sama. Karena sayang asetnya bagus," lanjut Erick.

Erick menambahkan, revitalisasi ini dilakukan agar bisa ditingkatkan asetnya menjadi sesuatu yang lebih baik, baik layanannya maupun sebagai bisnis.

Dalam laman situs web Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya Kota Surabaya disebutkan Gedung Kantor Pos Kebonrojo adalah Cagar Budaya dan dibangun pada 1926, oleh arsitek GPJM Bolsius dari Departemen Burgerlijke Openbare Werken (BOV) Batavia.  Sebelum menjadi kantor pos, gedung ini digunakan sebagai Kantor Kabupaten Surabaya sekitar 1800-1881. Itu sebabnya Jalan Kebonrojo dulu dikenal dengan nama Regenstraat. 

Setelah itu, gedung ini beralih fungsi lagi menjadi gedung HBS (Hogere Burgerschool) atau sekolah tingkat menengah (SMP dan SMA) hingga 1923. Dan yang menjadikannya bernilai sejarah tinggi adalah karena salah satu lulusannya tidak lain Soekarno (1915-1920), Proklamator Kemerdekaan RI. 

Selain Soekarno, beberapa tokoh lain yang juga bersekolah di sana adalah Hubertus Jan van Mook (1906-1913), Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Pimpinan Tinggi NICA. Soekarno dan van Mook, keduanya sekolah di HBS ini, sebuah sekolah untuk anak-anak bangsa Eropa, putra bangsawan pribumi atau putra para tokoh pribumi terkemuka, dengan pengantar dalam Bahasa Belanda. 

Gedung ini juga sempat dipakai selama tiga tahun sebagai gedung Kepala Komisaris Surabaya (Hoofdcommissariaat van Politie) sebelum akhirnya digunakan sebagai kantor pos hingga sekarang. Gedung ini pernah dikuasai Jepang pada pasa pendudukan Jepang, tapi berhasil direbut kembali oleh para pegawai pos pribumi sekitar Oktober 1945.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement