Kamis 01 Jun 2023 21:10 WIB

Sejumlah Wilayah di Kabupaten Bogor Terancam Krisis Air Tahun Ini, di Mana Saja?

Pemkab akan memacu masyarakat agar produksi panen tahunan tidak berkurang.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus raharjo
Warga mengambil air di mata air yang berada di area persawahan Desa Weninggalih, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Badan Penang­gulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupa­ten Bogor, kekeringan terjadi di 13 kecamatan 43 desa yang ada di Kabupaten Bogor, dan  kekeringan tersebut  memberikan dampak pada 27.439 Kepala Keluarga (KK), yang terdiri dari 85.747 jiwa.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Warga mengambil air di mata air yang berada di area persawahan Desa Weninggalih, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Badan Penang­gulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupa­ten Bogor, kekeringan terjadi di 13 kecamatan 43 desa yang ada di Kabupaten Bogor, dan kekeringan tersebut memberikan dampak pada 27.439 Kepala Keluarga (KK), yang terdiri dari 85.747 jiwa.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Lahan di sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor terancam mengalami krisis air pada tahun ini. Ancaman krisis air berpotensi terjadi pada Juli dan September mendatang. Hal itu disebabkan karena datangnya El Nino, dengan potensi musim panas yang tinggi.

Kabid Perlindungan dan Pelayanan Usaha Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Judi Rahmat, menjelaskan, fenomena ini kerap terjadi di bagian timur dan barat Kabupaten Bogor. Bahkan, sejumlah wilayah di kawasan tersebut terancam mengalami kritis air seperti di Kecamatan Jonggol dan Tanjungsari yang memiliki mata air kecil.

Baca Juga

“Untuk Bogor (bagian) barat relatif bagus, kecuali Tenjo kita sudah tidak punya sawah irigasi. Jadi, itu sawah pada saat hujan itu bisa dimanfaatkan, tapi pada saat garung itu tidak bisa dipakai,” kata Judi, Kamis (1/6/2023).

Lebih lanjut, Judi menjelaskan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mengantisipasi adanya penurunan hasil panen akibat El Nino. Sejauh ini, Distanhorbun Kabupaten Bogor masih mengacu pada dua hingga tiga kali musim panen.

Oleh karenanya, sambung Judi, Distanhorbun Kabupaten Bogor akan memacu masyarakat agar produksi panen tahunan tidak terlalu berkurang. Seperti misalnya, setiap kali memanen gabah kering bisa mencapai 600 ribu ton.

“Makanya sampai sekarang kita selalu sosialisasikan ke masyarakat, hayu jangan nunda dulu. Mumpung hujannya masih bagus, irigasinya masih bagus, selesai panen, cepat tanam. Selesai panen, cepat tanam,” ujar Judi.

Ia menegaskan, pihaknya terus memacu masyarakat mengingat pada musim kemarau tidak akan ada air untuk menanam. Selain di wilayah timur dan barat Kabupaten Bogor, Distanhorbun juga mengantisipasi di daerah sentral untuk juga menghasilkan hasil tani.

Dengan persiapan yang demikian, Judi berharap ketika El Nino datang maka masyarakat tinggal memanen hasil tani yang sudah ditanam. “Mungkin nanti ada bantuan kita persiapkan pompa dan segala macamnya supaya minimal masih bisa (menanam). Misalnya padi itu membutuhkan airnya di satu bulan pertama,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement