REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan semesta diperlukan untuk mengatasi permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrem yang masih dihadapi dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Menko PMK Muhadjir Effendy menilai, gerakan itu penting untuk mencapai target pemerintah untuk mengentaskan stunting dan kemiskinan ekstrem.
"Pemerintah saat ini sedang memprioritaskan dua hal, pertama penurunan angka stunting dan kedua penghapusan kemiskin ekstrem yang ditargetkan tidak ada lagi atau nol persen, dan stunting-nya harus dicapai 14 persen pada tahun 2024," kata Muhadjir saat 'Sosialisasi Bangga Kencana dan Gerakan Semesta Mencegah Stunting' di Gedung Serbaguna Dewi Sri, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Selasa (23/5/2023).
Acara tausiah kebangsaan dihadiri Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Grobogan Sri Sumarni, anggota Komisi IX DPR Edy Wuryanto, jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kabupaten Grobogan, hingga camat, lurah, dan kepala desa di Kabupaten Grobogan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Provinsi Jawa Tengah masih di angka 20,8 persen. Angka itu tidak jauh dari rata-rata nasional 2022 sebesar 21,6 persen. Sementara, angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Grobogan sebesar 19,3 persen.
Pemerintah menargetkan supaya angka stunting pada 2024 turun menjadi 14 persen.
Sementara, persentase kemiskinan ekstrem berdasarkan data BPS 2022 di Kabupaten Grobogan sebesar 2,29 persen. Tingkat Kemiskinan ekstrem Kabupaten Grobogan berada di atas tingkat Provinsi Jawa Tengah, yaitu 1,97 persen dan nasional sebesar 2,04 persen.
"Ibu-ibu PKK dan 'Aisyiah sudah bersinergi untuk mendukung program penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem. Dana desa juga bisa difokuskan pada dua hal itu, dan dana APBD kabupaten dan provinsi. Kalau tiap desa bisa mencapai target, maka Jawa Tengah tentunya akan mencapai nol persen," jelas Muhadjir.
Dia juga mengajak pemerintah daerah dapat mengoptimalkan pelayanan pada seluruh warganya dalam mengatasi permasalahan stunting, dan meminta seluruh posyandu tersedia alat antropometri. Muhadjir juga menyarankan di puskesmas harus tersedia alat USG supaya intervensi bisa dilakukan tepat sasaran.