Senin 15 May 2023 17:03 WIB

Wisatawan Padati Kawasan Masyarakat Adat Badui

Masyarakat adat Badui menjaga kearifan lokal warisan leluhurnya.

Perajin memproduksi kipas lipat batik lomar Suku Badui di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Selasa (18/10/2022). Produksi kipas lipat untuk cenderamata tersebut dijual Rp3 ribu per buah dan dipasarkan melalui daring ke sejumlah kota seperti Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bogor.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Perajin memproduksi kipas lipat batik lomar Suku Badui di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Selasa (18/10/2022). Produksi kipas lipat untuk cenderamata tersebut dijual Rp3 ribu per buah dan dipasarkan melalui daring ke sejumlah kota seperti Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK — Wisatawan dari sejumlah daerah di Provinsi Banten dan DKI Jakarta memadati kawasan masyarakat adat Badui, Ahad (14/5), untuk menikmati panorama alam di Pegunungan Kendeng.

Berdasarkan pantauan, ribuan wisatawan memadati rumah-rumah warga Badui di Kampung Kadu Satu sampai Kadu Ketug III sambil duduk-duduk beristirahat setelah menempuh perjalanan selama enam jam dari permukiman Badui Dalam.

Baca Juga

Mereka kebanyakan wisatawan menuju permukiman Kampung Badui Dalam, seperti Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusikuntuk menginap, Sabtu (13/5). "Kami merasa senang berjalan kaki selama enam jam dari Ciboleger hingga Kampung Badui Dalam," kata Ida (35), seorang wisatawan warga DKI Jakarta saat ditemui di Kadu Kerug I, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Dirinya mengunjungi kawasan permukiman Badui Dalam bersama rombongan kantor untuk menikmati panorama alam.

Panorama alam kawasan Badui masih asri dan lestari dengan pepohonan hijau, juga topografinya perbukitan, pegunungan dan banyak ditemukan jalan curam dan tebing. "Kami berangkat dari Badui Dalam pukul 08.30 WIB dan tiba di Kampung Kadu Ketug pukul 04.00 WIB dengan jalan santai serta makan dalam perjalanan," kata Ida.

Menurut dia, dirinya kali pertama mengunjungi kawasan Badui dan mengasyikkan karena berjalan memintasi tebing, curam dan perbukitan.Perjalanan selama enam jam ke pemukiman Badui Dalam cukup melelahkan juga menyehatkan. Meskipun perjalanan menempuh jarak 13 kilometer dari Terminal Ciboleger, namun bisa kembali dengan selamat.

"Beruntung, rombongan ke permukiman Badui itu kebanyakan usia mudadan tidak ada mengidap penyakit jantung dan darah tinggi," katanya menjelaskan.

Begitu juga Nisa (35), wisatawan dari Tangerang mengaku dirinya bersama rombongan menginap di Kampung Badui Dalam dengan jalan kaki dari Kampung Kadu Ketug ke Kampung Cibeo di kawasan permukiman Badui.

"Kami merasa senang mengunjungi kawasan permukiman Badui dengan jalan setapak menembus perbukitan dan banyak curam yang membahayakan," katanya pula.

Sementara itu, tetua adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes, Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini diperkirakan ribuan wisatawan dari berbagai daerah mengunjungi kawasan permukiman Badui, sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat Badui.

Apalagi, saat ini permukiman kawasan Badui memasuki musim panen durian, sehingga banyak wisatawan membeli durian dengan jumlah banyak untuk oleh-oleh. Selain itu, juga pelaku UMKM masyarakat Badui terbantu pendapatan ekonominya karena dampak banyaknya kunjungan wisatawan tersebut.

Wisatawan juga membeli aneka kerajinan pelaku UMKM masyarakat Badui, seperti kain tradisional, tas koja, baju kampret, lomar, suvernir, batik Badui, dan lainnya. "Kami meyakini dengan banyak kunjungan wisatawan ke sini tentu dapat menggulirkan uang hingga jutaan rupiah di kawasan permukiman Badui," kata Jaro Saija.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement