Jumat 12 May 2023 01:43 WIB

Drone Emprit: Buzzer Masih Pertahankan Istilah 'Cebong' dan 'Kadrun'

Politik identitas juga masih banyak digunakan untuk menyerang lawan politik.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Pendiri dan Analis Drone Emprit, Ismail Fahmi (tengah).
Foto: Republika/Dian Erika N
Pendiri dan Analis Drone Emprit, Ismail Fahmi (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Drone Emprit menemukan fakta bahwa penggunaan istilah 'cebong' dan 'kadrun' di media sosial hingga kini masih tinggi. Menurut Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, dalam diskusi bertajuk 'apakah politik identitas masih relevan dalam kampanye Pemilu 2024 di media sosial?' di Universitas Islam Indonesia (UII), Sleman, Kamis (11/5/2023), dua diksi itu digunakan oleh para pendengung atau buzzer.

"Ini saya perhatikan dari kalangan buzzer mereka sengaja pertahankan (istilah 'cebong' dan 'kadrun')," kata Ismail. 

Baca Juga

Ismail menjelaskan masih digunakannya istilah tersebut bertujuan untuk memecahkan publik. Selain itu politik identitas juga masih banyak digunakan untuk menyerang lawan politik. 

"Tapi kalau misalnya untuk mem-promote calonnya sendiri menggunakan politik identitas, kayaknya makin nggak laku," ujarnya. 

Ia mencontohkan pada Pilpres 2019 lalu kandidat calon presiden masih berani menyatakan bahwa mereka didukung kelompok 212. Saat ini justru kandidat yang didukung oleh kelompok tersebut akan diserang

"Calon ini kan didukung oleh kelompok tertentu, otomatis persepsi politik identitas yang negatif itu akan nempel di calon tadi. Jadi itu masih digunakan dalam konteks untuk menyerang lawan," ucapnya. 

Namun, menurut Ismail, uniknya sejumlah tim sukses kini mulai cerdas dengan masuk ke dalam kelompok hobi dan olahraga di media sosial. Di dalam kelompok tersebut mereka tidak bicara soal politik. Mereka akan mulai masuk melalui gagasan ketika menjelang pilpres. 

"Jadi dia masuk lewat gagasan, lewat program dan suatu saat bisa dibelokkan," ucapnya.

"Kita mendorong kalau bisa model-model seperti ini sehingga kita tuh nggak dipisahkan dengan identitas cebong kampret, tetapi karena kita punya skill, jadi mereka harus memberikan manfaat, dalam proses itu memberikan manfaat yang besar mensupport kelompok-kelompok niche ini," terangnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement