Rabu 10 May 2023 17:32 WIB

Realisasi Pendapatan Daerah di Jakarta per April 2023 Rp 12 Triliun

Pendapatan asli daerah DKI pada April meningkat 20 persen dibandingkan periode 2022.

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Provinsi DKI, Michael Rolandi.
Foto: Dok Pemprov DKI
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Provinsi DKI, Michael Rolandi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencatat adanya peningkatan realisasi pendapatan daerah DKI Jakarta per April 2023. Tercatat angka realisasinya mencapai hingga Rp 12 triliun.

Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Provinsi DKI, Michael Rolandi menjelaskan, peningkatan pendapatan daerah DKI yang terlihat dari besaran pendapatan per 30 April 2023 bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Adapun angka peningkatannya hampir 20 persen.

"Untuk pendapatan asli daerah dari target APBD di 2023 sebesar Rp 52,77 triliun sudah dapat direalisasikan sebesar Rp 12 triliun atau 22,86 persen, di mana ini terjadi peningkatan dibanding 30 April 2022 yang hanya 19,30 persen," kata Michael dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (10/5/2023).

Michael mengatakan, tren peningkatan pendapatan daerah tersebut terjadi seiring dengan adanya kenaikan pada penerimaan pajak dan retribusi daerah. "Alhamdulillah untuk PAD kita baik itu pajak, retribusi, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah ini bisa melampaui pendapatan di tahun 2022," tuturnya.

Menanggapi hal itu, dewan mengapresiasi capaian kinerja keuangan Pemprov DKI Jakarta, terutama di sektor pendapatan daerah yang menunjukan tren membaik. "Ternyata pencapaian hingga per 30 April 2023 itu melebihi dari tahun 2022. Ini sekaligus menjawab kegundahan atau isu-isu yang beredar," kata Anggota Komisi C DPRD DKI, S Andyka.

Dia menjelaskan, isu yang dimaksud adalah tidak tercapainya realisasi dari target yang dipasang tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) dalam rancangan APBD tahun anggaran 2023. Politikus Partai Gerindra itu juga memuji pengeluaran untuk belanja tahun ini lebih rendah dibandingkan pada 2022.

"Yang luar lagi ternyata belanja kita dibandingkan tahun lalu lebih rendah yakni 15,49 persen belanja kita pernah 30 April kemudian untuk tahun 2022 per 30 April juga di angka 18,20 persen. Artinya bahwa pendapatan kita dibanding tahun 2022 jauh lebih besar sementara belanja kita dibanding tahun 2022 jauh lebih kecil," tutur Andyka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement