REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kerukunan umat beragama di Papua hingga saat ini masih terjaga dan dipelihara dengan baik. Toleransi ini tidak terlepas dari kerja sama antara pemerintah, agama, dan adat. Kolaborasi antara ketiga komponen tersebut memang menjadi kunci terciptanya kehidupan yang harmonis di Bumi Cenderawasih tersebut.
Toleransi di Papua dapat dilihat saat acara keagamaan, seperti Hari Paskah dan Idul Fitri, serta Natal di mana semua umat terlibat dalam acara tersebut.
Pastor Dominikus D Hodo mengatakan ketiga lembaga tidak bisa dipisahkan karena masing-masing mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan kedamaian masyarakat dan jika salah satu lembaga dipisahkan, maka hubungan persaudaraan bisa mengalami keretakan. Kebersamaan itu, antara lain bersumber dari filosofi "Satu Tungku Tiga Batu" yang ditanamkan oleh warga di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Agama atau tempat ibadah, khususnya gereja, yang dianggap sebagai agen perubahan dalam kiprah pelayanannya di tengah-tengah masyarakat berbudaya harus bekerja sama dengan adat dan juga pemerintah, sehingga keadilan sosial dan kerukunan beragama bisa terwujud.
"Sehingga gereja, adat dan pemerintah sudah seharusnya bergandengan tangan terus menerus dan bersinergi untuk mewujudkan semua itu," katanya, dalam perbincangan dengan Antara.
Toleransi beragama di Papua sangat berimbang karena spiritualitas kehidupan Orang Asli Papua (OAP) mencerminkan kerukunan yang baik.
Berangkat dari prinsip dari filosofi alam itu semua orang harus hidup berdampingan dengan gerakan yang positif, sehingga hampir tidak pernah ada hal-hal yang mengancam toleransi dan kerukunan umat beragama.
Dalam pandangan Pastor Dominikus, kalau dipersentasekan, maka toleransi di Papua berada di angka 90 persen.
Pluralitas agama di Indonesia sebenarnya menjadi kekayaan dan untuk tetap menjaga toleransi. Dengan hidup berdampingan secara damai, maka setiap ada kesalahan pasti ada sikap saling memaafkan karena tidak ada masa depan tanpa pengampunan.
Menjaga toleransi
Pengurus Masjid Baiturrahim Jayapura Ustadz Abdul Kahar Yelipelle mengatakan selama Salat Tarawih dari awal bulan puasa Ramadhan hingga saat ini, khususnya di Kota Jayapura, pemuda Kristen selalu menjaga keamanan bersama pihak kepolisian setempat.
Apa yang dilakukan merupakan tindakan yang sangat mulia dan luar biasa, sehingga harus dipertahankan sampai kapanpun, demi melestarikan hubungan baik sesama umat di Papua, khususnya di Kota Jayapura.
Dalam semangat menjaga toleransi, pemuda Islam di Papua juga melakukan hal serupa pada saat Hari Paskah dan Natal. Ini sudah menjadi kebiasaan umat beragama di Tanah Papua untuk saling menghormati.
Saling pengertian seperti inilah yang kemudian menciptakan suasana sejuk di Papua yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama, dalam menjaga keharmonisan dan pluralitas.
Tokoh Islam meminta, baik pemuda Islam maupun Kristen di Kota Jayapura, agar tetap mempertahankan guna menjaga kerukunan yang sudah terjalin hingga kini.
Pekerjaan bersama di masa depan adalah bagaimana menjaga kerukunan itu, sehingga meskipun ada perbedaan, tetap bisa mewujudkan Papua yang aman, damai, dan sejahtera.
Hasilnya, Kota Jayapura telah mendapat Harmoni Award dari Kementerian Agama RI. Hal itu juga membuktikan jika semua pihak telah bekerja keras, khususnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) setempat, untuk menjaga kebersamaan.
Jika nilai-nilai kebersamaan yang berangkat dari filosofi "Satu Tungku Tiga Batu" itu terus dijaga, maka pembangunan di Papua juga akan berjalan lancar, kemudian provinsi paling timur Indonesia itu semakin maju di semua aspek kehidupan. Semua itu memerlukan komitmen bersama antara adat, agama dan pemerintah.
Pimpinan agama merupakan aktor terpenting dalam melakukan sosialisasi sekaligus pendekatan kepada masyarakat agar program pemerintah bisa dilaksanakan karena hakikatnya agama harus membawa kedamaian.
Sehingga semua pimpinan agama mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan pesan yang baik kepada setiap umat bahwa agama mengajarkan umatnya pada kebaikan.
Merawat harmoni
Harmoni umat beragam di Kota Jayapura sampai saat ini tidak bisa dilepasakan dari peran FKUByang merupakan wadah bersama untuk berbeda agama, dalam merangkul dan melakukan pendampingan bagi masyarakat yang mendiami kawasan itu.
Sikap saling menghargai sesama umat di Kota Jayapura diabadikan dalam wujud berdirinya tugu "Harmoni Award" yang diresmikan oleh Wakil Menteri Agam RI Zainud Tauhid Sa'adi pada 7 Maret 2023.
Keberadaan tugu itu menjadi catatan sekaligus tanda sejarah yang membuktikan bahwa kebersamaan dan kerukunan antarumat beragama tetap terjaga dengan baik di Ibu Kota Provinsi Papua tersebut.
Melalui momen Paskah yang bersamaan dengan bulan Ramadhan juga membawa pesan luhur agar seluruh elemen di di Kota Jayapura dan Papua secara keseluruhan tetap merawat, bahkan meningkatkan jiwa kebersamaan. Wujud kebersamaan yang terlihat dari umat beragama di Kota Jayapura, antara lain saat berbuka puasa bersama di momen Ramadhan yang melibatkan umat Kristen.
"Kita meyakini bahwa jika kebersamaan itu terus dirawat, maka kehidupan masyarakat Papua ke depan akan terus bertambah baik dan maju di segala bidang."