Jumat 14 Apr 2023 17:01 WIB

Pneumonia Menyertai Pasien Varian Arcturus di Indonesia

Ditemukan dua kasus varian Arcturus di Indonesia dan kedua pasien sudah sembuh.

Bangku-bangku untuk antrean pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (31/3/2023). RSDC Wisma Atlet Kemayoran yang telah beroperasi sejak 23 Maret 2020 resmi ditutup seluruh towernya untuk perawatan pasien Covid-19, seiring berakhirnya status PPKM dan melandainya angka penularan Covid-19.
Foto:

Diketahui, pada akhir Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Arcturus sebagai varian dalam pemantauan sekaligus yang paling menular. Tampaknya, varian baru ini memunculkan gejala baru pada anak-anak, gejala yang jarang terpicu oleh subvarian Omicron lainnya.

Dijuluki sebagai Arcturus, XBB.1.16 memicu lonjakan di banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Singapura, dan Australia.

Sebuah studi pracetak dari para ilmuwan di University of Tokyo di Jepang mensinyalir varian tersebut menyebar sekitar 1,17 hingga 1,27 kali lebih efisien daripada kerabat XBB.1 dan XBB.1.5. Oleh karena itu, varian akan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dekat dan tampaknya kuat melawan antibodi dibandingkan varian virus lainnya yang menjadi penyebab Covid-19.

Dr Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis Covid-19 WHO, menjelaskan bahwa virus ini telah beredar selama beberapa bulan ke depan.

“Kami belum melihat adanya perubahan tingkat keparahan pada individu atau populasi. Virus ini memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infektivitas serta potensi peningkatan patogenisitas,” kata Kerkhove seperti dilansir dari The Sun, Kamis (13/4/2023).

Dr Van Kerkhove menambahkan bahwa meskipun XBB.1.16 telah terdeteksi di negara lain, sebagian besar sekuensnya berasal dari India. Pekan ini, jumlah kasus di India meningkat sebanyak 3.122 kasus dalam satu hari.

Hal ini terjadi ketika kementerian kesehatan India mencatat 40.215 infeksi Covid aktif pada 12 April. Para pejabat di negara tersebut sekarang mendesak untuk meningkatkan kembali tes Covid.

Sementara itu WHO melaporkan bahwa lebih dari 500 ribu kasus Covid baru dan lebih dari 2.000 kematian terkait Covid dilaporkan dari 3 April hingga 10 April, masing-masing turun 31 persen dan 57 persen dari 7 hari sebelumnya.

Meskipun Arcturus dinilai tidak menimbulkan keparahan penyakit, para ahli tetap menekankan pentingnya vaksin. Direktur vaksinasi Layanan Nasional Kesehatan Inggris (NHS) Steve Russell mengatakan bahwa vaksin bisa meningkatkan perlindungan dari paparan virus.

“Jika Anda berusia di atas 75 tahun atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, silakan mendapat vaksin booster,” kata Russell.

Adapun terkait gejala XBB.1.6, hingga kini belum ada data resmi mengenai hal tersebut. Tetapi sebagai cabang dari Omicron, banyak gejala awalnya yang mirip dengan versi strain sebelumnya. Menurut aplikasi gejala Zoe, gejalanya termasuk pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin-bersin, dan sakit tenggorokan.

Epidemiolog Universitas Andalas Padang Defriman Djafri mengatakan cara paling mudah untuk melindungi diri dari Covid-19 varianArcturus adalah dengan menerapkan protokol kesehatan, utamanya memakai masker dengan benar.

"Masyarakat juga harus cerdas, karena momen Idul Fitri dalam waktu dekat akan meningkatkan mobilitas dan interaksi kita, jadi cara yang paling aman itu pakai masker dengan benar, utamanya yang sudah punya gejala seperti demam, batuk, atau hidung tersumbat," kata Defri, Jumat (14/3/2023).

Ia mengatakan, gejala atau symptoms varian baru XBB.1.16 atau Arcturushampir mirip dengan varian-varian sebelumnya, untuk itu masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan dan tidak boleh menganggap bahwa Covid-19 sudah tidak ada, karena berdasarkan penelitian terbaru, ada kemungkinan terjadi infeksi terobosan dari varian Arcturus.

"Yang ditakutkan itu ada kemungkinan terjadinya infeksi terobosan, artinya bisa menembus individu yang sudah mendapatkan vaksin. Kemampuan yang dimiliki varian Arcturus ini juga sudah berkembang pesat, jadi masyarakat harus hati-hati, karena dia bisa melewati imun yang sudah kita bangun, bahkan data di pasien terbaru itu sudah divaksin sampai dosis ketiga," kata Defri.

Defri mengatakan, untuk memastikan seberapa cepat penularan Arcturus pada pasien yang sudah divaksin, butuh lebih detail pemeriksaan dengan whole genome sequencing atau WGS, untuk memetakan bagaimana varian ini bisa masuk, juga agar sejarah penularan bisa terlihat.

 

 

photo
Varian arcturus - (Dok Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement