Jumat 14 Apr 2023 14:55 WIB

BKKBN: Atur Jarak Melahirkan Bantu Ibu Beri ASI Maksimal pada Bayi

Pemberian ASI yang tidak optimal dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan berisiko stunting

BKKBN mengajak semua masyarakat untuk mengatur jarak melahirkan guna membantu ibu memberikan ASI eksklusif secara maksimal pada bayi.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
BKKBN mengajak semua masyarakat untuk mengatur jarak melahirkan guna membantu ibu memberikan ASI eksklusif secara maksimal pada bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak semua masyarakat untuk mengatur jarak melahirkan guna membantu ibu memberikan ASI eksklusif secara maksimal pada bayi.

"Jarak waktu kelahiran itu 24 bulan agar menyusuinya sempurna. Kalau di Al Quran itu 30 bulan tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 36 bulan. Jadi saya kira 30 bulan sudah bagus (untuk jarak antar kelahiran)," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (14/4/2023).

Baca Juga

Hasto menuturkan mengatur jarak kehamilan tidak hanya bermanfaat untuk memaksimalkan pemberian ASI eksklusif saja, tetapi juga mengurangi risiko terjadinya kematian pada ibu maupun bayi. Dengan mengurangi risiko kematian pada ibu, setiap anggota keluarga bisa meningkatkan kesehatan ibu karena ASI tersalurkan dengan baik ataupun memberikan jeda kepada ibu untuk istirahat setelah berjuang selama sembilan bulan mengandung.

Hal tersebut juga selaras dengan adanya studi dari United States Agency for International Development (USAID) yang menyebutkan jika jarak usia antara kakak dan adik yang ideal adalah tiga sampai lima tahun. "Itu akan lebih menguntungkan bagi keluarga dalam banyak hal, seperti kesehatan dan perencanaan ekonomi yang lebih baik," kata Hasto.

Menurut dia pemberian ASI eksklusif yang tidak optimal terutama dalam masa 1.000 Hari Pertama kehidupan (HPK), yang diperparah dengan jarak kelahiran anak yang terlalu dekat juga sangat berisiko membuat anak menjadi kurang gizi dan stunting.

Ia mencontohkan di Provinsi Sumatera Barat misalnya, dalam pemantauan di lapangan ditemukan ada korelasi yang sangat positif antara stunting dan jarak kelahiran. Korelasi tersebut menyebabkan Angka Kelahiran Total (TFR) di Sumatera Barat cukup tinggi karena rata-ratanya mencapai 2,46 atau melebihi rata-rata nasional yang berada pada 2,18. Sementara angka stuntingnya berdasarkan SSGI 2022 berkisar pada 25,2 persen.

"Artinya jumlah anak di Sumatera Barat itu banyak ya, rata-rata satu perempuan melahirkan cukup banyak. Ini berbahaya, jaraknya mungkin jadi terlalu dekat dan akhirnya stuntingnya tinggi, kalau kita lihat mana yang stuntingnya tinggi misalnya di Kepulauan Mentawai yang mana rata-rata jumlah anaknya paling tinggi di Sumatera Barat 2,8," katanya.

Oleh karenanya selain menyarankan penggunaan alat kontrasepsi melalui program KB agar ibu bisa memanfaatkan waktunya untuk memberikan ASI, Hasto turut meminta agar setiap daerah bisa meningkatkan dan menyerap baik Dana Alokasi Khusus (DAK) dan BOKB fisik maupun non-fisik tahun 2023, agar penanganan stunting bisa maksimal mengenai target sasaran.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement