REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Amanat Nasional (PAN) memiliki keseriusan dalam mewujudkan koalisi besar untuk pemilihan umum (Pemilu) 2024. Wacana kerja sama politik antara banyak partai itu kini kerap disebut koalisi kebangsaan.
"PAN siap menjadi motor penggerak koalisi kebangsaan di bawah bimbingan Pak Jokowi. Kami meyakini koalisi kebangsaan akan terwujud," ujar Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno lewat keterangannya, Ahad (9/4/2023).
Jelasnya, PAN memiliki kedekatan historis dengan semua partai politik pendukung koalisi besar. Termasuk dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang telah didukung partainya dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.
"Kerja sama PAN dengan Pak Prabowo dan Gerindra sudah berjalan selama 10 tahun dengan dukungan PAN dalam Pilpres 2014 dan 2019. Begitu juga saat ini sama-sama menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf," ujar Eddy.
"Karena itu bagi PAN menjalin komunikasi serta kerja sama dengan Pak Prabowo dan Gerindra itu merupakan ikhtiar berkelanjutan yang telah dirajut sejak 2014," sambung Wakil Ketua Komisi VII DPR itu.
Ketua DPP PAN, Saleh Partaonan Daulay mengatakan bahwa pembicaraan lima ketua umum partai politik terkait wacana pembentukan koalisi besar belumlah membahas sosok yang akan diusung sebagai calon presiden (capres). Namun, ia menyebut peluang diusungnya Prabowo Subianto sebagai capres lewat koalisi tersebut.
"Kemarin pembicaraannya belum bahasanya gitu, belum memfinalisasi satu nama. Bukan berarti kan, peluangnya Pak Prabowo untuk tetap didukung itu ada pastinya, karena Pak Prabowo kan saya lihat surveinya lumayan bagus ya, kalau dia surveinya bagus ya tentu orang rasional dalam konteks ini," ujar Saleh di kawasan Kebayoran, Jakarta, Kamis (6/4) malam.
Kendati demikian, wacana pembentukan koalisi besar dan capres yang akan diusung masih sangatlah dinamis. Apalagi, mereka juga menghormati sejumlah partai politik yang mengusung kadernya untuk maju di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Contohnya, Partai Golkar lewat Musyawarah Nasional (Munas) yang masih mendorong Airlangga Hartarto sebagai capres. Kemudian, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menyerahkan keputusannya kepada Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum.
"Politik itu cair, dinamis. Kan politik itu adalah seni untuk mencari kemungkinan, the art of possibility itu salah satu definisinya, seni untuk mencari berbagai kemungkinan-kemungkinan," ujar Saleh.