REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indostrategic, Khoirul Umam mengatakan, wacana koalisi besar Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo menjadi pukulan yang telak, terutama bagi Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar.
Karena itu, menurut dia, wajar jika Cak Imin menyatakan sikap tegas. Bila skema Prabowo-Ganjar kian matang, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang disemai Gerindra-PKB akan bubar.
"PKB yang merupakan partai berbasis ormas Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019, sekitar 10 persen, seolah dipaksa untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu untuk mengalah dan mundur dari kontestasi Pilpres," kata Khoirul, Jumat (17//3).
Ia turut melihat, secara tidak langsung gabungan PDIP dan Gerindra yang meneguhkan dominasi kekuatan politik nasionalis. Hal itu memaksa partai-partai Islam hanya menjadi makmum, pengikut atau sekadar penggembira dalam koalisi politik pencapresan.
Dalam konteks yang lebih spesifik, ia melihat, suara pemilih Nahdliyin hanya dijadikan sebagai rebutan. Sedangkan, mesin politik Nahdliyin seolah tidak diberikan peran yang memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional.
Di Pilpres 2019, proposal Cak Imin jadi Cawapres Jokowi bertepuk sebelah tangan. PKB hampir membentuk koalisi lain untuk Gatot Nurmantyo-Muhaimin, tetapi terpaksa digagalkan karena ada tekanan.
Kini, ikhtiar PKB untuk maju dalam kontestasi Pilpres tengah dibayang-bayangi oleh tekanan serupa. "Yang akan memaksa PKB untuk tunduk pada perintah kekuasaan," ujar Khoirul.
Karena itu, sikap tegas Muhaimin yang siap menyatakan koalisi Gerindra-PKB bubar jika Prabowo-Ganjar menguat merupakan bentuk ketegasan atas sikap Gerindra. Sebab, sampai hari ini terlihat masih bermain dua kaki (double standard).
Di satu sisi, sudah membangun kesepakatan dengan PKB, tapi belum ingin finalisasi skema capres-cawapres bersama Cak Imin. Di sisi lain, semakin agresif melakukan penjajakan komunikasi dengan partai lain membuka peluang koalisi lebih besar.
"Jika pola relasi ini dipertahankan, PKB yang akan dirugikan. Sebab, jika politik standar ganda Gerindra akhirnya bisa membuka kunci koalisi dengan PDIP, PKB akan kena prank sekaligus faith accompli atau dipaksa menerima keadaan," kata Khoirul.