Kamis 16 Mar 2023 20:58 WIB

Ratusan Siswa SMA Al-Izhar Gelar Penelitian Lingkungan di Desa Sugihmukti

Selain menyumbang buku, para siswa juga memberikan bantuan ke musala serta masjid.

Ratusan siswa SMA AL-Izhar Pondok Labu Jakarta Selatan menggelar kegiatan penelitian lingkungan aspek sosial dan alam di Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Para siswa tersebut menjalani kegiatan selama empat hari tiga malam sejak, Selasa (14/3/2023) hingga Jumat (17/3/2023) mendatang.
Foto: dokpri
Ratusan siswa SMA AL-Izhar Pondok Labu Jakarta Selatan menggelar kegiatan penelitian lingkungan aspek sosial dan alam di Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Para siswa tersebut menjalani kegiatan selama empat hari tiga malam sejak, Selasa (14/3/2023) hingga Jumat (17/3/2023) mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ratusan siswa SMA AL-Izhar Pondok Labu Jakarta Selatan menggelar kegiatan penelitian lingkungan aspek sosial dan alam di Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Para siswa tersebut menjalani kegiatan selama empat hari tiga malam sejak, Selasa (14/3/2023) hingga Jumat (17/3/2023) mendatang.

Kegiatan ini hanya diikuti siswa kelas XI. Selama kegiatan penelitian, mereka harus di rumah warga sekitar dengan lingkungan berbeda.

Kepala Sekolah SMA AL-Izhar Muhammad Ridwan menjelaskan tujuan kegiatan penelitian lingkungan aspek sosial dan alam ada tiga. Pertama yaitu mengasah kemampuan siswa dalam berpikir ilmiah dan kritis setelah melihat kondisi lingkungan secara langsung.

Kedua, memperkenalkan kearifan lokal dengan tinggal bersama warga sekitar. Satu rumah, ada tiga sampai empat siswa yang tinggal sampai kegiatan tersebut selesai dilakukan.

"Ada yang sifatnya ke alam, jejak air dan sebagainya. Jadi biar mereka (siswa) merasakan langsung, mungkin ada yang merasa kamarnya keren tapi pintunya hanya pakai gorden, bak mandinya ada ikannya," ujar Ridwan dalam siaran pers, Kamis (16/3/2023).

Proses kedua ini dinamakan internalisasi yang artinya siswa tersebut berinteraksi dan merasakan sensasi menjadi warga sekitar. Kemudian ketiga, lanjut Ridwan, siswa menggelar aksi sosial yaitu membantu para guru mengajar di PAUD dan SD.

Selain itu, para siswa ini juga mengajak warga sekitar untuk olahraga dan bermain bersama. "Jadi anak-anak ini sudah merancang kegiatannya selama di sana, ada juga PAUD yang mendapat sumbangan pojok bacaan untuk memperkuat literasi," katanya.

Buku yang disumbangkan oleh siswa ini sudah disiapkan sebelum berangkat ke lokasi penelitian. Setiba di PAUD, mereka tinggal menata buku bacaan sesuai dengan usianya. "Sekolah juga menyiapkan (buku-buku bacaan untuk anak-anak di sana)," ujar Ridwan.

Selain buku, para siswa ini juga memberikan bantuan ke musala serta masjid. Mereka pun turut membersihkan tempat wudu dan toilet. "Jadi totalnya itu ada 180 siswa kami bagi di lima desa. Setiap desa didampingi tiga guru," ujarnya.

Menurut Ridwan, agenda penelitian ini dilakukan SMA AL-Izhar Pondok Labu setiap tahun di lokasi berbeda. Kegiatan itu sendiri memang dikhususkan untuk siswa kelas dua atau XI. Beberapa daerah yang telah didatangi di antaranya Pangandaran, Garut, Purwakarta, Pulau Seribu, dan Ciwidey, Bandung. "Semua biaya full (ditanggung penuh) dari sekolah," kata Ridwan.

Namun, jika siswa ingin melakukan aksi sosial seperti memberi sumbangan atau memperbaiki tempat ibadah yang rusak, mereka bisa urunan secara mandiri tanpa paksaan. Ridwan pun memastikan, tidak ada kewajiban para siswa yang ikut kegiatan ini harus membantu beri sumbangan. "Tanpa ada (bantuan) siswa dan orangtua, dari sekolah sudah cukup," ungkapnya.

Ridwan berharap para siswa yang turut serta dalam kegiatan ini kelak tergerak hatinya untuk membantu warga yang mengalami kesulitan. Para pelajar ini disebut Ridwan sebagai tulang punggung atau generasi penerus bangsa yang tak menutup kemungkinan bisa jadi pemimpin.

"Oleh karenanya, sebagai calon-calon pemimpin masa depan, mereka perlu melihat kondisi warganya sejak dini. Tidak hanya tahu di kampung-kampungnya saja, tapi juga diperkampungan seperti apa karena mereka punya pengalaman itu," ujarnya.

Ridwan mengaku pernah mendengar curahan hati siswanya usai kegiatan tersebut. Siswanya tersebut bercerita bahwa warga di lokasi penelitian merasa luar biasa bila memperoleh Rp 20 ribu per hari. Padahal siswanya yang bercerita itu menghabiskan uang jajan lebih dari Rp 100 ribu per hari.

"Sekarang tanpa sekolah, mereka sama orang tuanya kembali ke lokasi buat ngasih bantuan, beberapa kali kami temukan kondisi itu," katanya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement