REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PB IDI DR dr Moh Adib Khumaidi mengatakan, pandemi Covid-19 saat ini sudah lebih terkondisikan. Menurut dia, dampak selama tiga tahun terakhir memang sangat besar, namun, ada pembelajaran dan perubahan sejarah kesehatan di dunia dan Indonesia.
“Ini (Covid-19) memberikan sejarah baru di bidang kesehatan dan pengelolaan kesehatan. Sejarah baru di bidang pengembangan kesehatan juga,” kata Adib di Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Dirinya menyinggung, Indonesia yang awalnya tertinggal dalam penanganan, karena keyakinan Covid-19 tidak akan masuk. Menurutnya, dengan kesadaran saat ini, hal tersebut seharusnya bisa tertangani ke depan.
“Ke depan bukan tidak mungkin akan muncul pandemi lebih besar, kita harus persiapkan kesehatan masyarakat dengan preventif dan promotif,” ucapnya.
Dia menjelaskan, kolaborasi dan kesetaraan yang sudah ada seharusnya bisa menjadi satu dasar kesehatan baru. Dia berharap, juga ada pelajaran bagi konteks tenaga kesehatan dari pandemi, terlebih ketika banyak korban tenaga kesehatan di Indonesia.
Sekjen PB IDI dr Ulul Albab mengatakan, korban jiwa tenaga kesehatan sepanjang pandemi Covid-19 berjalan mencapai 2.172 jiwa. Dengan adanya data per Rabu (8/3/2023) kemarin, dia mengingatkan keganasan Covid-19 yang luar biasa dan nyata dampaknya.
“Korban jiwa paling tinggi dokter umum 756 jiwa,” kata Ulul.
Dia memerinci, korban dari tenaga perawat berjumlah 718 jiwa, disusul Bidan 421 jiwa, tenaga teknis kefarmasian 40 jiwa dan lainnya. Jika ditotal, kata dia, berjumlah 2.172 jiwa sejak awal pandemi berjalan 2020 silam.
Dengan banyaknya korban, dari sisi tenaga kesehatan, selain masyarakat, kata dia, diharapkan ke depan menjadi pembelajaran bersama semua pihak. Meski semuanya sudah hampir kembali normal, dirinya meminta masyarakat tidak melupakan pandemi Covid-19.