Rabu 08 Mar 2023 16:47 WIB

PAN dan PPP Lirik Capres Lain karena KIB Kosong Figur

Saya kira Golkar akan realistis menghadapi pertarungan Pilpres 2024.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan dan Plt Ketua Umum DPP PPP Muhamad Mardiono memberikan keterangan usai melakukan pertemuan makan malam di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan dan Plt Ketua Umum DPP PPP Muhamad Mardiono memberikan keterangan usai melakukan pertemuan makan malam di Jakarta, Rabu (30/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasib Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diinisiasi Golkar, PAN dan PPP masih penuh tanda tanya. Apalagi, melihat perilaku partai-partai seperti PAN dan PPP yang belakangan banyak memberi kode mengusung figur calon presiden (capres) di luar KIB.

Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farchan mengatakan, Partai Golkar sebagai pemimpin poros di KIB memang sangat menentukan. Tapi, ia mengingatkan, KIB sejak awal memiliki masalah utama kekosongan figur menghadapi Pilpres 2024.

"Masalah utama KIB dari awal memang tidak punya stok capres internal yang elektabilitasnya tinggi," kata Yusak kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (8/3/2023).

Maka dari itu, ia merasa, cukup wajar jika partai di KIB seperti PPP dan PAN memunculkan nama-nama capres eksternal. Antara lain, Ganjar Pranowo, Anies Rasyid Baswedan, hingga Erick Thohir, sekali pun suara Ganjar dirasa lebih kencang berhembus belakangan.

Selain itu, Yusak melihat, jika KIB tetap memaksakan Airlangga Hartarto sebagai capres malah bisa menjadi bumerang. Pasalnya, elektabilitas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu terbilang masih jauh dari nama-nama capres yang ada. Baik itu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan maupun Prabowo Subianto.

Sedangkan, jika tidak mengajukan sosok Airlangga, sambung dia, Golkar malah bisa dianggap tidak melaksanakan mandatory musyawarah nasional. "Memang dilematis bagi Golkar," ujar Yusak.

Dekan Fisip Universitas Sutomo itu menerangkan, sebagai partai papan atas, Golkar idealnya memang mendorong kadernya sendiri sebagai capres. Tapi, melihat peta yang ada, potensi Golkar menjadi pendukung capres lain masih sangat terbuka.

Hal itu mengingat elektabilitas Airlangga Hartarto yang tidak kunjung naik secara signifikan. Menurut Yusak, jika KIB mengusung capres eksternal seperti Ganjar Pranowo, Golkar masih bisa melakukan negosiasi untuk cawapres.

Sehingga, fungsi kaderisasi dan rekrutmen kepemimpinan politik tetap berjalan. Soal potensi terjadinya gejolak di internal Golkar jika Airlangga tidak menjadi capres, baik dari Golkar maupun dari KIB, tergantung kepiawaian komunikasi.

"Saya kira kembali kepada kepiawaian komunikasi politik Airlangga sebagai ketua umum. Saya kira Golkar akan realistis menghadapi pertarungan Pilpres 2024," kata Yusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement