Rabu 08 Mar 2023 11:12 WIB

Hadiri Konferensi di Dakar, DJPT Belajar Pengembangan Perikanan Pantai

Di Peru, pengelolaan kawasan mangrove didukung fasilitas laboratorium cukup lengkap.

Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP, Ridwan Mulyana.
Foto: Dok pribadi
Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP, Ridwan Mulyana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delegasi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) baru saja mengikut konferensi the Coastal Fisheries Initiative yang diselenggarakan oleh GEF-6 (Global Environment Facility) di Dakar, Senegal pada 20-25 Februari 2023. Delegasi dipimpin Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Muhammad Zaini Hanafi.

Pertemuan tersebut diikuti perwakilan Peru, Ekuador, Cabo Verde, Pantai Gading, Senegal, dan Indonesia. Mereka membahas progres, pembelajaran, pertukaran informasi, dan upaya pengembangan sektor kelautan dan perikanan pantai yang pendanaannya difasilitasi oleh GEF-6.

Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP, Ridwan Mulyana menjelaskan, melalui anggaran yang disediakan oleh GEF-6, DJPT berkesempatan melakukan pembelajaran dan mempelajari praktik pembangunan perikanan, khususnya skala kecil di Indonesia. Diketahui, perikanan skala kecil telah berkontribusi nyata sekitar 80 persen bagi produksi perikanan nasional, serta serapan tenaga kerja.

"Ini adalah forum kerja sama inisiatif dan upaya pengembangan perikanan pantai di enam negara. Ada beberapa pembelajaran yang dilakukan antar negara dimana masing-masing negara memiliki karakteristik dan ciri khas dalam pengelolaan perikanan pantai," jelas Ridwan di Jakarta, Rabu (8/3/2023).

Ridwan mengatakan, dalam pertemuan tersebut Indonesia memperkenalkan konsep 'sasi', yaitu kearifan lokal dalam pengelolaan berbasis masyarakat adat di wilayah Indonesia timur, tepatnya di Tual, Provinsi Maluku. Lokasi tersebut kini dibina oleh pemerintah dalam hal fasilitasi pelatihan, sosialisasi, konsultansi dan pemasaran produk perikanan hasil sasi.  

"Beberapa negara tertarik dengan konsep co-management yang sudah dilakukan Indonesia. Di samping itu kita menyampaikan bahwa pengelolaan perikanan kita sudah dilaksanakan dengan pendekatan ekosistem atau EAFM (Ecosystem Approach for Fisheries Management)," terang Ridwan.  

Pendekatan EAFM, kata dia, merupakan pengelolaan yang bersifat multidimensional meliputi segenap aspek yang terlibat dalam suatu sistem. Antara lain, aspek sumber daya ikan, ekologi, teknologi, ekonomi, sosial dan aspek lainnya yang dianggap relevan.

Dalam konferensi tersebut, menurut Ridwan, ada beberapa praktik pengelolaan yang bisa dicontoh dari negara lain. Misalnya, dalam hal pengelolaan kawasan mangrove di negara Peru yang sudah terintegrasi dengan baik.

"Di Peru pengelolaan kawasan mangrovenya didukung fasilitas laboratorium yang cukup lengkap untuk meneliti, memantau, dan pengembangbiakan jenis-jenis ikan tertentu khususnya kekerangan. Selanjutnya dilakukan restocking jenis kerang-kerang yang sudah terindikasi punah dilepasliarkan ke kawasan mangrove," jelas Ridwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement