Sabtu 04 Mar 2023 19:56 WIB

Sekjen Imbau ASN Mempelajari Dunia Digitalisasi demi Kemajuan

Dalam agama, disebutkan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

Pelatihan literasi digital bagi ASN Kementerian Agama (Kemenag) yang digelar secara hibrid di Jakarta pada Selasa-Jumat (28/2/2023-3/3/2023).
Foto: Istimewa
Pelatihan literasi digital bagi ASN Kementerian Agama (Kemenag) yang digelar secara hibrid di Jakarta pada Selasa-Jumat (28/2/2023-3/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kemenag, Nizar Ali, menyampaikan, kemajuan aparatur sipil negara (ASN) dan sumber daya manusia (SDM) dalam digitalisasi adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi. Menurut dia, ASN yang menolak digitalisasi sama saja dengan menolak kemajuan.

"Dalam agama, disebutkan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari sebelumnya. Inilah semangat yang harus terus dibawa oleh ASN dan SDM sekalian," kata Nizar dalam kegiatan literasi digital yang digelar hibrid di Jakarta pada Selasa-Jumat (28/2/2023-3/3/2023).

Menurut Nizar, literasi digital menjadi sebuah keniscayaan bagi semua pihak, terutama bagi Kementerian Agama. Karena itu, kegiatan literasi digital tentu memiliki manfaat dan nilai lebih untuk Kemenag karena saya mempelajari teknologi informasi menjadi keharusan bagi ASN.

"Mengapa literasi digital itu penting? Karena hal ini digunakan untuk menata kehidupan ASN dan SDM, dalam konteks peningkatan kapasitas untuk menjaga dan meningkatkan nilai individu serta organisasi," ucapnya.

Fungsional Analis Kebijakan Ahli Muda Pusdiklat Badan Litbang Kemenag, Farida Ishak menjelaskan, dalam budaya digital, ASN harus melihat hubungan antara manusia dan teknologi, yakni teknologi sebagai kekuatan otonom yang menentukan masyarakat. Dia menjelaskan, teknologi sebagai konstruksi manusia yang dapat dibentuk oleh nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu, teknologi dan masyarakat bisa berevolusi bersama.

"Jika membicarakan mengenai budaya digital dan ASN, hal yang bisa dilakukan adalah dengan tidak ikut ke dalam politik praktis. Jangan sampai karena ketidaktahuan kita, kita ikut mem-posting kegiatan yang terlibat dalam politik praktis sehingga kita terlihat condong mendukung satu pihak," ucap Farida.

Pemateri lainnya Widyaiswara Ahli Madya Badan Pengembangan SDM Kemendagri, Wawan Hermawan menambahkan, ASN perlu memperhatikan etika di dunia digital guna menjaga netralitas dalam menjaga harmonisasi masyarakat serta membantu pelayanan publik.

"Ada hal yang harus dibangun dalam etika digital, yakni ASN perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting, sama pentingnya dengan membaca, menulis dan ilmu dasar lainnya. Nah bentuk nyata etika yang bisa diwujudkan ASN adalah seperti tidak condong ke partai politik atau kelompok agama tertentu," ucap Wawan.

Menurut dosen Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Dana Indra Sensuse, isu kecakapan digital sebenarnya menjadi agenda penting menuju Indonesia Emas 2045. "Dalam menyikapi orientasi pemerintah dalam beberapa tahun ke depan, ASN  dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi, memahami fenomena hyperconnectivity di masyarakat, dan menciptakan interconnectedness antara pribadi, organisasi, mesin ,serta teknologi seluler," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement