Selasa 21 Feb 2023 16:30 WIB

Ada Bayi dengan Berat 25 Kilogram di Bekasi, Dokter Peringatkan Hal Ini

Baby Kenzi yang viral di medsos disebut makan junk food di usia 6 bulan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang bayi di Bekasi, Jawa Barat memiliki berat badan yang tidak normal seperti anak kebanyakan di usianya. Viral di media sosial, Baby Kenzi memiliki berat 25 kilogram di usianya satu tahun.
Foto: tiktok.com/@ismibossgep78
Seorang bayi di Bekasi, Jawa Barat memiliki berat badan yang tidak normal seperti anak kebanyakan di usianya. Viral di media sosial, Baby Kenzi memiliki berat 25 kilogram di usianya satu tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Seorang bayi di Bekasi, Jawa Barat memiliki berat badan yang tidak normal seperti anak kebanyakan di usianya. Viral di media sosial, "baby Kenzi" memiliki berat 25 kilogram di usianya satu tahun.

Akun TikTok @ismibossgep78 mengunggah video baby Kenzie yang ramai menjadi perbincangan. Ibu sang bayi mengatakan, Kenzie lahir dengan berat lima kilogram. Di usianya enam bulan, anaknya mulai gemar makan junk food.

Dokter anak dan konselor laktasi di Rumah Sakit Umum Krida, Leonirma Tengguna mengingatkan kepada orangtua yang memiliki bayi dengan berat badan berlebih. Ia menuturkan dari grafik berat badan berdasarkan umur yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 25 kilogram sudah setara dengan usia 7 tahun 10 bulan.

"Dari video yang ramai beredar tersebut ini berarti berat badanya udah lebih banget dan bisa dibilang sebagai obesitas dan itu bahaya bagi balita," ujar dokter Leonirma di Instagramnya, yang telah dikonfirmasi Republika pada Selasa (21/2/2023).

Dokter Leonirma menyebut beberapa bahaya yang akan muncul bagi balita yang menderita obesitas, seperti darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, gangguan nafas saat tidur, stroke, gangguan ginjal, kolesterol tinggi, perlemakan hati, pubertas dini, dan masih banyak lagi.

"Selain penyakit fisik penelitian menunjukkan sebanyak 28 persen anak yang obesitas mengalami masalah kejiwaan seperti gangguan emosi, depresi, kecemasan menarik diri dan lain sebagainya," imbuhnya.

Dokter Leonirma pun membeberkan langkah untuk mengatasi balita yang sudah terlanjur mengalami obesitas. Salah satunya adalah kerja sama banyak."Hal ini mulai dari ubah pola makan yang benar, aktivitas fisik yang rutin dan perubahan gaya hidup yang nggak cuma dari anaknya namun juga dari orangtua dan keluarga," ungkapnya.

"Jika dengan cara tadi nggak bisa, anak ini harus memakai obat-obatan dan sampai operasi," ujarnya memperingatkan.

Ia juga menyampaikan bahwa tidak semua anak gemuk itu membuat gemas dan lucu. Namun, ada bahaya yang mengintai pada balita yang mengalami obesitas dengan risiko yang tinggi.

"Nggak semua anak gemuk itu gemesin dan lucu. Ada saatnya juga kita harus bertindak kalau anak kita kegemukan dan diupayakan kembalikan anak ke berat badan yang lebih ideal," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement