Kamis 16 Feb 2023 21:36 WIB

Sebanyak 134 Kecamatan di Riau Berisiko Tinggi Karhutla

Riau sudah umumkan status siaga darurat karhutla.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Nora Azizah
Personel TNI berusaha memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Personel TNI berusaha memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Gubernur Riau, Syamsuar, telah mengumumkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Ia juga memetakan ada 134 kecamatan di Riau yang paling beresiko tinggi mengalami bencana karhutla.

"Ada 134 kecamatan di Provinsi Riau yang beresiko tinggi mengalami bencana kebakaran hutan dan lahan. Kita harus  bergerak cepat dengan menyiapkan sarana dan prasarana pendukung pencegahan Karhutla serta juga membuat rencana dukungan operasi udara," kata Syamsuar, Kamis (16/2/2023).

Baca Juga

Ia merinci 134 kecamatan tersebut tersebar di di Kabupaten Kampar 13 kecamatan, Kabupaten Inhil 19 kecamatan, Kabupaten Rohil 18 kecamatan, Kabupaten Kuansing 14 kecamatan, Kabupaten Inhu 12 kecamatan, Kabupaten Siak 12 kecamatan, dan Kabupaten Pelalawan 12 kecamatan. Kemudian, di Kota Pekanbaru ada juga terdapat 4 kecamatan yang rawan, Kota Dumai 4 Kecamatan, Rokan Hulu 6 Kecamatan, Kepulauan Meranti 9 Kecamatan, dan Bengkalis 11 Kecamatan.

Syamsuar menyebut berdasarkan data dari BPBD Riau terdapat jumlah hotspot sejak tanggal 1 Januari - 11 Februari 2023 ada 15 Koordinat titik panas atau hotspot yang tersebar di kabupaten/kota. 15 hotspot yang ada di Kabupaten/Kota yaitu, Inhil 5 titik, Siak 4 titik, Kampar 2 titik, Dumai 1 titik, Rohul 1 titik, Inhu 1 titik, Pelalawan 1 titik.

Sementara itu, Kapolda Riau, Irjen Pol Mohammad Iqbal, mengatakan melalui analisa yang telah dilakukan pihaknya, permasalahan Karhutla memiliki berbagai faktor, contohnya faktor alam dan faktor manusia.

Dari faktor alam adalah lahan gambut yang sulit dipadamkan. Lalu kurangnya ketersediaan sumber air untuk pemadaman, dan musim kemarau yang memicu timbulnya titik api.

Kemudian faktor dari manusia yang sengaja membuka lahan dengan cara dibakar. Hal ini dilakukan oleh oknum dengan kebiasaan membuang puntung rokok, dan sampah botol kaca. Lalu adanya oknum masyarakat yang kurang peduli, cenderung menutup-nutupi adanya titik api, dan adanya aktivitas illegal logging.

“Dengan sinergitas serta kerjasama instansi terkait dan dibantu peran aktif dalam menangani karhutla, insya allah kita bersama dapat mewujudkan Riau bebas asap tahun 2023," ucap Iqbal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement