Rabu 15 Feb 2023 08:42 WIB

Pilot Susi Air: Tentara Indonesia Harus Pulang Jika tidak, Mereka Bilang Tembak Saya

Video Pilot Susi Air disandera oleh KKB viral.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Pilot Susi Air, Kapten Philip Marten dalam pengusaan KKB Papua.
Foto: TPNPB OPM
Pilot Susi Air, Kapten Philip Marten dalam pengusaan KKB Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rekaman video pilot Susi Air yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral. Dalam rekaman beredar tampak pilot Susi Air Philip Mark Merthens berdiri dengan jaket jins biru bersama sejumlah anggota KKB lainnya yang sedang mengacungkan senjata. 

"Tentara Indonesia harus pulang. Kalau mereka gak pulang, saya tidak dilepas dan mereka bilang tembak saya," ujar Kapten Philip dalam video beredar. 

Baca Juga

"Indonesia harus mengakui Papua merdeka. Indonesia needs to recognize Papua independent."

Juru bicara Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB - OPM) Sebby Sambom menegaskan, foto dan video tentang penguasaan badan terhadap pilot Susi Air tersebut, membuktikan ucapan bohong otoritas militer dan keamanan di Indonesia yang menyebutkan kapten berkebangsaan Selandia Baru itu tidak dalam penyanderaan.

“Kami sampaikan, panglima TNI adalah pembohong besar. Karena TPNPB-OPM sudah mengakui bertanggung jawab atas bakar pesawat dan sandera pilot Susi Air,” kata Sebby kepada Republika, di Jakarta, Selasa (14/2/2023).

Sebby mengirimkan 16 gambar, dan video yang merekam ragam aksi pascapenyerangan dan pembakaran pesawat Susi Air di Lapangan Udara Paro, di Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023) lalu. Dalam beberapa dokumentasi tersebut, juga dijelaskan Sebby, ada bukti penawanan yang dilakukan terhadap satu orang dengan perwajahan non-Asia yang diketahui sebagai Kapten Philips.

Dalam video dan dokumentasi tersebut, tampak Kapten Philips mengenakan topi bukcet loreng. Kapten Philips mengenakan kaus hitam bertuliskan ‘Papua Merdeka’ lengkap dengan logo bendera Bintang Kejora.

Menkopolhukam Mahfud MD menegaskan, Pemerintah Indonesia menempuh pendekatan persuasif dalam upaya membebaskan pilot Susi Air Philip Mark Merthens, yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya di Paro, Nduga, Papua Pegunungan.

Menurut Mahfud, pemerintah terus berupaya mengutamakan keselamatan pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut. "Pemerintah akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan penyelamatan terhadap sandera dengan pendekatan-pendekatan yang sifatnya persuasif, karena yang diutamakan adalah keselamatan sandera," kata Mahfud dalam video keterangan pers yang disiarkan kanal YouTube Kemenkopolhukam, seperti dipantau di Jakarta, Selasa.

Kendati demikian, Mahfud menegaskan, pemerintah tidak menutup kemungkinan menempuh upaya lain, mengingat penyanderaan warga sipil adalah tindakan yang tidak bisa diterima dengan alasan apa pun. "Oleh sebab itu, upaya persuasif menjadi pedoman utama demi keselamatan sandera, tetapi pemerintah tidak menutup upaya lain," katanya.

Dia juga mengatakan, Pemerintah Indonesia terus menjalin komunikasi dengan Pemerintah Selandia Baru, guna memantau dan mengakselerasi penanganan pembebasan Philip Mark Mehrtens.

Baca juga : KKB Tuntut Kemerdekaan Barter Pilot Susi Air, Anggota Dewan: NKRI Harga Mati

Mahfud menegaskan kembali, Papua adalah bagian sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), baik menurut konstitusi RI, hukum internasional, maupun fakta yang sedang berlangsung. "Oleh sebab itu, karena Papua adalah bagian yang sah dari NKRI dari berbagai aspek, Papua seterusnya dan selamanya akan tetap menjadi bagian yang sah dari NKRI," ujarnya.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri mengonfirmasi, pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens saat ini bersama KKBdi Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Namun, Mathius belum bisa memastikan lokasi tepatnya. Dia menyatakan masih menunggu laporan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat yang diturunkan Bupati Nduga Narnia Gwijangge ke Paro.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement