REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Klimatologi dan Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Intan Suci Nurhati menyebutkan, perubahan iklim membuat kondisi laut menjadi memburuk. Hal ini pada akhirnya yang mengakibatkan bencana hidrometeorologi.
Dia menyebut, perubahan iklim yang makin intens akan berakibat pada penyerapan karbon di laut dan hutan menjadi kurang maksimal. "Banyak yang belum menyadari bahwa kondisi laut yang memburuk juga memengaruhi situasi cuaca di darat yang mengakibatkan bencana hidrometeorologi sering terjadi," ujar Intan, Rabu (8/2/2023).
Dia mengatakan, anomali hidrometeorologi yang terjadi di darat juga dipengaruhi dari fenomena dinamika laut. Intan mencontohkan, marine heatwave atau gelombang panas laut yang berimplikasi pada menghangatnya permukaan air laut sehingga menimbulkan kerusakan organisme laut dan ekosistem darat.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari mengatakan, potensi bencana dapat dikurangi apabila kondisi lingkungannya terjaga dengan baik.
"Meskipun intensitas hujan sebagai pemicu bencana, mungkin berbeda-beda antardaerah," ujarnya.
Oleh karena itu, dia mengimbau pemerintah dan masyarakat setempat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca dan iklim ekstrem. Hal yang bisa dilakukan dengan terus mencari informasi yang relevan serta melakukan penataan lingkungan dengan lebih baik untuk mencegah terjadinya bencana.