REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) Pandu Riono mengatakan, analisis tentang penurunan kadar perlindungan vaksin Covid-19 dalam enam bulan tidak terbukti dalam studi Serologi Survei (Serosurvei) antibodi di Indonesia. Berdasarkan Serosurvei terakhir diketahui level antibodi Covid-19 masyarakat Indonesia mencapai 99 persen.
"Negara Barat menyatakan bahwa orang yang sudah punya antibodi, kadarnya akan menurun. Sehingga setiap 6 bulan sekali harus di-booster. Ternyata dari hasil studi kami tidak demikian," kata Pandu Riono dalam konferensi pers Serologi Nasional 2023 di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Jumat (3/2/2023).
Hal yang memengaruhi situasi itu, kata Pandu, karena campuran dari vaksin program pemerintah dan vaksin alami yang diperoleh dari infeksi virus Corona. "Faktor utamanya karena pengaruh vaksinasi program pemerintah dan alamiah yang disebut hibrida, sehingga imunitas penduduk Indonesia bagus," katanya.
Hasil Serosurvei Nasional per Januari 2023, menunjukkan cakupan dan level imunitas penduduk di Indonesia tinggi, dengan proporsi 99 persen atau naik dari periode Juli 2022 berkisar 98 persen. Level antibodi yang dimiliki masyarakat dilaporkan meningkat sebesar 1,5 kali sejak Juli 2022 sebesar 2.095 menjadi 3.207.
"Kadang kita tidak menyadari terkena Covid-19. Misalnya saya saat kemarin kena flu, tetapi setelah tiga hari hilang. Mungkin kalau dicek bisa jadi positif Covid-19," katanya.
Dalam agenda yang sama, tim Serosurvei sekaligus epidemiolog dari FKM UI Iwan Ariawan mengatakan, kegiatan Serosurvei Nasional bermanfaat untuk mengetahui perubahan proporsi penduduk dengan antibodi SARS-CoV-2 di Indonesia.
"Selain itu, kita juga mau lihat perubahan kadar antibodi penduduk Indonesia," katanya.
Metode Serosurvei secara nasional itu dilakukan di 34 provinsi dan 99 kabupaten/kota dengan cara memeriksa sampel darah dan wawancara terhadap 16.286 (94 persen) responden yang sama dari dua kegiatan serupa sebelumnya.