Rabu 25 Jan 2023 07:39 WIB

Nasdem Ungkap Ada Kemungkinan Muncul Koalisi Alternatif Usung Anies

Nasdem mengaku realistis belum memenuhi presidential threshold 20 persen.

Rep: Nawir Arsyad Akbar, Wahyu Suryana/ Red: Andri Saubani
Bakal calon presiden dari Partai Nasdem, Anies Baswedan. Hingga kini Koalisi Perubahan yang diproyeksikan berisi Nasdem, Demokrat, dan PKS belum terikat secara resmi. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bakal calon presiden dari Partai Nasdem, Anies Baswedan. Hingga kini Koalisi Perubahan yang diproyeksikan berisi Nasdem, Demokrat, dan PKS belum terikat secara resmi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali, mengungkap kemungkinan adanya koalisi alternatif untuk mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres). Nasdem mengaku realistis dalam pengusungan Anies, mengingat Nasdem belum memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen.

"Politik itu dinamis, apa pun atau bagaimanapun dinamisnya politik itu, itu di atasnya tidak boleh mengalahkan kepentingan bangsa. Nah, itu yg sebenarnya Nasdem lihat, ketika kemudian ini terhambat dengan persyaratan yang tidak mungkin kita penuhi, tentunya kita harus punya alternatif-alternatif," ujar Ali kepada wartawan, Selasa (24/1/2023).

Baca Juga

Ditanya lebih lanjut ihwal alternatif yang disampaikannya itu, apakah artinya Partai Nasdem membuka komunikasi dengan partai politik lain di luar Partai Demokrat dan PKS? Ali hanya meminta semua pihak untuk menunggu langkah tersebut. Diketahui, hingga kini Nasdem, PKS, dan Demokrat belum terikat secara resmi dalam satu koalisi.

"Tunggu saja dalam satu atau dua hari ini akan ada cerita ya, ada berita ya. Bisa jadi kita mengambil langkah-langkah lain," jawab Ali.

Meski dikatakannya realistis, bukan berarti Partai Nasdem pasrah dengan keadaan tersebut. Meskipun belum memenuhi presidential threshold, ia menyebut pihaknya sudah menyiapkan berbagai rencana untuk mengusung Anies sebagai capres.

"Sekarang masih menunggu. Apakah kemudian Nasdem dalam menyikapi situasi ini berpasrah? Tidak juga. Kalau teman kita punya plan A, B, C, kita juga punya D, E, F, G, kan," ujar anggota Komisi III DPR itu.

Partai Nasdem sendiri tak memasang tenggat untuk pendeklarasian koalisi, mengingat pendaftaran pasangan capres-cawapres baru dibuka pada Oktober 2023. Dia menjelaskan, tentu ada kepentingan partai yang harus dipikirkan untuk menghadapi kontestasi nasional pada 2024.

"Sekarang Nasdem tentunya juga harus melihat kepentingan partai ini ke depan, karena undang-undang mengatur bahwa semua parpol wajib untuk mendukung paslon ya begitu. Kita tidak mau di ujung sudah terjadi koalisi, kita jadi hantu gentayangan," ujar Ali.

Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Denny JA mengatakan, Partai Nasdem beberapa waktu terakhir memang berani mengambil langkah-langkah yang out of the box. Tapi, langkah itu memiliki risiko.

Ia menuturkan, masalah yang dihadapi Partai Nasdem usai deklarasi Anies sebagai bakal capres sudah mulai terlihat. Salah satunya muncul desakan dari partai-partai koalisi baru mereka, Partai Demokrat dan PKS, agar Nasdem secepatnya mengibarkan isu-isu perubahan.

Hal ini dirasa tidak mudah karena satu kaki Nasdem ada di pemerintahan karena kader-kader mereka menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju. Menteri LHK Siti Nurbaya, Menkominfo Johnny G Plate, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Baca juga : Minum Kopi Bisa Hilangkan Lemak Visceral, Tapi ...

Sebaliknya, partai-partai yang ada dalam koalisi lama dan sebelumnya dinaungi Nasdem tentu tidak tinggal diam. Denny melihat, mereka akan mendesak Nasdem untuk membatalkan dukungannya kepada Anies atau hengkang dari pemerintahan.

"Mungkin sebulan depan, dua bulan atau tiga bulan ke depan, sebelum pendaftaran capres, dua tarikan ini yang akan keras sekali," kata Denny, Selasa.

 

photo
Anies Siap Menjadi Calon Presiden 2024 - (infografis republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement