Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kiki Yuliati menjelaskan kewirausahaan dapat diajarkan, dilatih, dibiasakan, dan karenanya dapat disiapkan. Ini yang mendorong kementerian untuk memberikan memperkaya pengalaman belajar di SMK dengan kewirausahaan. Baik secara kurikuler, kurikulum, maupun secara ekstra, dan intrakurikuler.
Kementerian pun menilai SMK memiliki peran penting dalam menciptakan pengusaha. Ini karena konsep belajar di SMK memang 60 persen praktik langsung. Baru lalu sisanya konsep dan teori.
Bahkan, ketika mereka mempelajari teori pun bisa dilakukan secara praktik langsung. Ini yang menjadi salah satu konsep teaching factory di SMK atau project based learning (PBL).
Kementerian pun melakukan tracer study yang telah dikumpulkan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi tahun 2022 dari 2200-an SMK secara nasional. Tujuannya, untuk memotret peran vokasi dalam membentuk alumninya pascapendidikan formal, termasuk yang menjadi pengusaha.
Dia menjelaskan, berdasarkan data kementerian per 21 Desember 2002, baru sekitar 21,7 persen alumni SMK yang berwirausaha. Sisanya, 40,5 persen langsung bekerja, dan yang lainnya ada yang melanjutkan sekolah, menganggur, mengurus rumah tangga, dan sebagainya.
"Sebagai catatan bahwa untuk komposisi melanjutkan studi sebanyak 22,7 persen juga ada komponen persentase melanjutkan studi sambil berwirausaha," ungkap dia.
Kementerian, ungkap Kiki, menilai menciptakan pengusaha merupakan hal yang penting. Khususnya juga bagi SMK sebagai jalur pendidikan yang beririsan erat dengan dunia usaha dan industri. "Dunia usaha adalah co-creator bagi satuan pendidikan vokasi," tegas dia.
Karenanya, pemerintah pun mencoba untuk meningkatkan dan mengakselerasi SMK terkait dengan wirausaha. Target ini diakselerasi dengan melaksanakan berbagai program transformasi SMK untuk memfasilitasi pengembangan produk kreatif dan kewirausahaan.
Termasuk melalui skema teaching factory di sekolah masing-masing. "Ternyata banyak siswa SMK kita yang sejak sekolah sudah memiliki usaha dan memiliki omzet jutaan per bulan. Bahkan ada yang belasan, puluhan, ratusan juta, hingga ada juga yang mencapai angka Rp 1 miliar per bulan," ungkap Kiki.