REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam memberikan bekal transformasi digital kepada mahasiswa, program studi (prodi) Sistem Informasi dan prodi Teknologi Informasi, Fakultas Teknik dan Informatika (FTI), Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses menyelenggarakan seminar Akselerasi Transformasi Digital. Bertempat di aula gedung rektorat, Universitas BSI kampus Kramat 98, acara ini digelar pada Kamis (8/12/2022).
Narsumber yang dihadirkan kali ini adalah Hendra Supendar selaku ketua prodi (Kaprodi) Teknologi Informasi Universitas BSI dan narasumber kedua adalah Peter J. Kambey selaku Dewan Eksekutif PHP Indonesia. Dalam pemaparannya, Hendra menjelaskan bahwa prodi Sistem Informasi selalu berkolaborasi dengan prodi Teknologi Informasi dalam kegiatan seminar maupun workshop yang bertemakan informasi.
“Dengan adanya pandemi Covid-19 secara tidak langsung telah membangkitkan transformasi digital saat itu dimana dunia pendidikan beralih ke teknologi digital untuk kegiatan perkuliahannya. Potensi digital Indonesia seperti ecommerce mulai berkembang pesat. Prodi Sistem Informasi maupun prodi Teknologi Informasi ingin menjadikan lulusannya memiliki bekal transformasi digital,” jelas Hendra dalam rilis yang diterima, Selasa (20/12/2022).
Ia berharap melalui seminar ini, mahasiswa semester 1, prodi Sistem Informasi dan prodi Teknologi Inofrmasi mendapatkan pemahaman tentang pentingnya transnformasi digital di Indonesia, sehingga dapat memberikan gambaran era industri 4.0 mewajibkan mahasiswa melek teknologi agar daya saingnya menjadi kuat.
Sementara itu, Peter mengungkapkan bahwa regulasi yang dilakukan pemerintah menjadikan pertumbuhan digitalisasi Indonesia memberikan dampak percepatan transformasi digital bahkan menjadi yang tercepat di dunia.
“Dimana Indonesia menguasai pangsa pasar ekonomi digital di Asia Tenggara. Ada tiga hal penting yaitu: digital transformation, new technology dan Information marketing dalam memahami transformasi digital,” ungkap Peter.
Ia menambahkan, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital di Indonesia, namun Indonesia kekurangan talenta digital. Bahkan diperkirakan pada tahun 2030, Indonesia diproyeksi kekurangan sekitar 18 juta tenaga ahli digital. “Disinilah perlunya pengembangan ekosistem digital di Indoneisa. Kehidupan dunia digital merupakan replika kehidupan sosial secara konkrit,” tuturnya.