Ahad 18 Dec 2022 14:20 WIB

Sekda Mukomuko Meninggal Akibat Kecelakaan Tunggal 

Sekda Mukomuko sempat menjalani perawatan intensif.

Ilustrasi meninggal. Sekda Mukomuko sempat menjalani perawatan intensif
Foto: Pixabay
Ilustrasi meninggal. Sekda Mukomuko sempat menjalani perawatan intensif

REPUBLIKA.CO.ID, MUKOMUKO— Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Yandaryat Priendiana meninggal dunia pada Ahad (18/12/2022) dini hari. 

Yadaryat mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan selama delapan hari di RSUD M Yunus akibat mobil dinas yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tunggal di Kabupaten Lebong beberapa waktu yang lalu.

Baca Juga

"Bapak Yandaryat ini meninggal dunia pada Ahad dini hari pukul 00.16 di RSUD M Yunus Bengkulu," kata Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Kabupaten Mukomuko Bismarifni saat acara pelepasan jenazah Yandaryat menuju tempat pemakaman umum di Mukomuko, Ahad.

Dia mengatakan, bahwa almarhum Yandaryat bin Sabar ini meninggal dunia di usia 56 tahun, meninggalkan satu orang istri dan empat orang anak.

Dia menjelaskan, beliau ini meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan tunggal di Kabupaten Lebong kemudian dia sempat dirawat di RS Ujung Tanjung sebelumnya akhirnya dirujuk ke RSUD M Yunus.

Setelah itu, katanya, Yandaryat juga menjalani operasi yang kemudian dilakukan di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD M Yunus Bengkulu, Ahad (11/12/2022) akibat pendarahan di otak besar dan kecil yang dialaminya.

Dia mengatakan, jenazah akan dibawa ke rumah duka di Kampung Dalam Kelurahan Pasar Mukomuko, Kecamatan Kota Mukomuko dan dikebumikan di PU Desa Mandi Angin Kecamatan Teramang Jaya.

Wakil Bupati Mukomuko, Wasri, mengatakan Yandaryat ini meninggal dunia saat menjalankan tugas kedinasan di wilayah Kabupaten Lebong.

Dia mengatakan, atas nama pemerintah daerah setempat menyampaikan belasungkawa yang sedalam dalamnya atas meninggalnya Yandardat, salah satunya aparatur sipil negara (ASN) di daerah ini.

Selanjutnya ia berharap kepada semua pihak baik masyarakat dan ASN di lingkungan pemerintah daerah setempat dapat memaafkan semua kesalahannya.

Dia mengatakan, selanjutnya dia atas nama pemerintah daerah setempat melepas almarhum ini tempat peristirahatan terakhir.

  

 

 

 

Ceramah di Sarasehan Mualaf II, Ini Pesan Habib Ali Selama Belajar Agama

 

JAKARTA – Muallaf Center Masjid Agung Sunda Kelapa menyelenggarakan agenda Sarasehan Mualaf II di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, pada Sabtu (17/12/2022). 

Salah satu narasumber yang dihadirkan ialah Habib Ali Hasan Al Bahar, yang saat ini menjabat sebagai Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ketua LAZISNU PBNU. 

Dalam kesempatan, dia menyampaikan pesan kepada para mualaf agar selalu belajar mendalami ajaran Islam melalui bimbingan seorang guru. Sebab, menurut dia, jika mendalami Islam tanpa guru, bisa menimbulkan kekeliruan dalam memahami ajaran agama Islam. 

"Saya ingin mengajak untuk memahami konteks agar kita tidak salah paham. Jangan kita bicara konteks sekarang kemudian yang mau dijadikan sandaran dan objek adalah konteks masa lalu," kata dia dalam acara tersebut. 

Habib Ali menjelaskan, jika seorang Muslim tidak belajar dengan guru-guru yang memiliki latar belakang dan pendidikan agama yang cukup, bisa terjebak pada kesalahpahaman. Misalnya, ketika mendapat sebuah hadits, langsung mempraktikkannya tanpa bimbingan guru. 

Salah satu contohnya adalah hadits yang berisi bahwa Nabi Muhammad SAW makan dengan tiga jari. Bila hadits ini langsung dipraktikkan tanpa bimbingan guru, bisa dibayangkan bagaimana jika ingin memakan aneka kuliner seperti baso, rawon, mi ayam, atau semacamnya. 

"Jangan mentah mentah dan tidak belajar. Bahaya. Karena yang Nabi Muhammad konsumsi itu kurma. Pas kan tiga jari. Makanya, harus punya guru," tuturnya. 

Contoh lain terkait hadits yang isinya menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW saat hujan turun beliau keluar dari rumah, membuka sorbannya, membiarkan sebagian tubuhnya terkena hujan, lalu membaca doa. Hadits tersebut memang benar dari Rasulullah SAW. 

Namun jika seorang Muslim tinggal di Bogor, yang dalam satu hari hujannya bisa berkali-kali, lalu mempraktikkan hadits tersebut secara mentah-mentah tanpa seorang guru, maka yang terjadi justru dia akan sakit. 

"Terus yang disalahkan Nabi Muhammad? Bukan. Ngaji dulu (dengan guru). Siapa yang tidak punya guru, setan siap menjadi guru untuknya. Jadi saya ingin mengajak untuk memahami konteks," kata dia.    

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement