Jumat 16 Dec 2022 07:38 WIB

Banyak Sekolah di Tasikmalaya Belum Punya SOP Mitigasi Bencana 

BPBD Tasikmalaya kembali melakukan simulasi gempa di sekolah pada Kamis.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah siswa SDN 2 Pengadilan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, melakukan simulasi bencana gempa bumi, Kamis (15/12/2022).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah siswa SDN 2 Pengadilan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, melakukan simulasi bencana gempa bumi, Kamis (15/12/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya kembali melakukan simulasi bencana gempa bumi di lingkungan sekolah, Kamis (15/12/2022). Simulasi itu bukan merupakan yang kali pertama dilakukan usai terjadinya gempa bumi di Kabupaten Cianjur dan menyebabkan ratusan korban jiwa. 

Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar, mengatakan, bencana gempa bumi saat ini memang banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Kota Tasikmalaya juga sempat diguncang beberapa gempa bumi dalam sebulan ke belakang, meski tak berdampak signifikan. 

Baca Juga

"Fenomena alam saat ini memaksa para guru dan orang tua ingin lebih menjamin keselamatan para siswa di sekolah," kata dia, Kamis.

Ia menyebutkan, BPBD Kota Tasikmalaya menerima permintaan untuk pelatihan dan edukasi terkait kebencanaan, khususnya gempa bumi, dari belasan sekolah. Itu menunjukkan kesadaran pihak sekolah untuk melakukan mitigasi meningkat usai marak terjadi banyak bencana gempa bumi di berbagai daerah. 

"Tanpa diminta, kami sebenarnya akan melaksanakan itu. Sebab, setiap sekolah harus menjadi satuan pendidikan aman bencana," ujar Ucu. 

Berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah kegiatan simulasi yang dilakukan di berbagai lingkungan sekolah, Ucu menilai, masih sekolah belum punya SOP mitigasi bencana gempa bumi. Menurut dia hampir seluruh sekolah belum memiliki pola evakuasi ketika terjadi gempa bumi. 

"Dari sejumlah kegiatan yang telah dilakukan, kami mendapati kebanyakan sekolah belum punya SOP mitigasi. Ketika kami datang, kami jelaskan yang harus dilakukan. Kami juga minta sekolah membuat jalur evakuasi," kata dia.

Rambu evakuasi itu dinilai penting sebagai petunjuk apabila terjadi bencana gempa bumi. Apabila tak ada rambu, semua pihak akan panik dan lari tak beraturan ketika bencana terjadi. 

Ucu menjelaskan, langkah pertama yang dapat dilakukan ketika terjadi gempa bumi adalah panik. Pasalnya, kepanikan justru akan memicu munculnya korban. 

"Kedua, lakukan langkah untuk melindungi kesadaran, dengan cara melindungi kepala. Ketiga, hindari ruang yang punya potensi roboh dan berkumpul di lapang dengan mengikuti rambu evakuasi," ujar Ucu.

Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Pengadilan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Dedeh Rahwati, mengatakan, pihaknya sengaja mengundang BPBD Kota Tasikmalaya untuk melakukan simulasi bencana gempa bumi untuk memberikan pemahaman kepada guru maupun anak terkait cara menyelamatkan diri ketika bencana itu terjadi. Apalagi, menurut dia, saat ini sering terjadi gempa bumi di berbagai daerah. 

"Berkaca dengan gempa di daerah lain, banyak korban anak sekolah. Jadi kita khawatir," kata dia.

Simulasi itu itu diikuti oleh lebih dari 500 siswa yang ada di SDN 2 Pengadilan. Tak hanya siswa, puluha guru yang ada juga diberikan pemahaman mengenai mitigasi bencana. 

Berdasarkan hasil simulasi yang dialami, Dedeh mengatakan, terdapat beberapa catatan evaluasi. Salah satunya adalah masib kurangnya pemahaman guru dan siswa terhadap rambu evakuasi. 

"Ternyata kami baru sadar kalau di sekolah harus rambu evakuasi. Itu memang sudah ada, tapi para siswa masih belum tahu fungsinya. Jadi tadi pas simulasi banyak yang panik," kata dia.

Ia mengatakan, dengan adanya simulasi itu, pihaknya dapat berbenah. Para guru akan terus disosialisasikan terkait mitigasi bencana. 

"Jadi kalau kejadian, tidak panik dan mengarahkan para siswa," kata dia.

Dedeh menambahkan, pihaknya juga akan menjadi kegiatan pelatihan terkait bencana sebagai agenda tahunan. Dengan begitu, para guru terutama, akan dapat memahami terkait mitigasi bencana. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement