REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, eskalasi keamanan di Papua berkaitan dengan adanya perubahan kebijakan dari pemerintah. Dia menyebut, dalam menangani konflik yang terjadi di wilayah tersebut, pemerintah melakukan pendekatan operasi teritorial.
"Eskalasi keamanan di Papua itu sebenarnya terkait dengan perubahan kebijakan kita, pendekatan kita dalam menangani Papua menekankan pada operasi teritorial, pemerintahan sipil," kata Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Mahfud menyebut, perubahan kebijakan ini memerlukan penyesuaian terlebih dahulu. Sehingga tidak ada kesalahan dalam menafsirkan pendekatan operasi teritorial. "Itu perlu penyesuaian-penyesuaian agar nantinya tidak salah dalam menerjemahkan istilah operasi teritorial itu," ujarnya.
Mahfud menegaskan, masalah keamanan di Papua menjadi salah satu perhatian serius dari pemerintah. Dia menuturkan, pemerintah pun bakal segera berupaya mencari jalan keluar yang terbaik.
Sebagai informasi, dalam beberapa hari terakhir, kelompok kriminal bersenjata (KKB) kembali beraksi di Papua. Salah satunya, yakni penembakan yang diduga dilakukan oleh KKB pimpinan Kalenak Murib dan menewaskan seorang karyawan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua di Sinak, Kabupaten Puncak, Selasa (13/12/2022).
Dari laporan yang diterima, korban ditembak dari jarak dekat, sehingga aparat keamanan di Sinak sedang berupaya menangkap pelakunya. Kalenak atau Yonis Murib merupakan narapidana yang kabur dari Lapas Kelas IIA Abepura, Kota Jayapura, pada 12 Juli 2021. Saat itu, dia tengah menjalani hukuman penjara selama 16 tahun, karena terlibat penyerangan Polsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya bulan November 2012.
Sebelumnya, tiga orang warga sipil juga meninggal dunia setelah ditembak KKB di Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, Senin (12/12/2022). Mereka ditembak KSB pimpinan Nason Mirin.
Ketiga korban penembakan KSB ini berprofesi sebagai tukang ojek dan saat insiden terjadi mereka sedang menunggu penumpang. Mereka yang menjadi korban adalah LaUsu (23 tahun), La Ati (40), dan La Aman (39).