REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Ganjar Pranowo sebagai calon presiden kerap dikaitkan dengan nama Erick Thohir sebagai calon wakil presiden dalam bursa Pilpres 2024. Tidak seperti calon-calon potensial lain, Ganjar dan Erick hampir selalu dikaitkan.
Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda AR mengatakan, basis Jokowi memang cenderung memiliki preferensi ke Ganjar sebagai capres. Untuk cawapres, Jateng yang jadi basis Jokowi dan Ganjar turut menjadi basis Erick sebagai cawapres.
"Artinya, mereka bertiga ini punya brand connection, sebagai capres, ini basis Jokowi, capresnya Ganjar, kalau membaca Ganjar sering ada kode-kode politik. Beberapa kali disandingkan, Erick punya brand connection yang sama ke keduanya," kata Hanta, Kamis (15/12/2022).
Ke basis Jokowi, Erick Thohir bahkan terakhir menjadi Ketua Panitia Pernikahan Kaesang. Selain itu, survei Poltracking menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat kepada menteri-menteri, setelah nama Prabowo Subianto ada nama Erick Thohir
Maka itu, tidak heran jika publik memiliki preferensi seperti basis pemilih Ganjar Pranowo yang cenderung merekomendasikan Erick Thohir sebagai cawapres. Begitupun ketika pemilih Erick Thohir didalami, memilih Ganjar sebagai capres.
Kondisi serupa dialami capres Anies Baswedan yang kerap dikaitkan dengan AHY. Walau ada nama-nama lain, tapi tetap tertinggi AHY, ditambah basis non-Jokowi ke Anies dengan wakilnya AHY. Mereka ada kecenderungan terbentuk ke basis yang sama.
Hanta menilai, untuk memenangi pertarungan capres nanti ada dua strategi. Satu, mencari pasangan untuk menambal wilayah-wilayah yang capresnya masih lemah atau memaksimalkan basis massa yang belum maksimal, mencari basis masa baru ke sana.
Menjawab kemungkinan nama-nama itu malah berpasangan secara silang, Hanta merasa, memang bisa melengkapi tapi bisa pula membuat basis pemilih kecewa. Apalagi, belum tentu cawapres silang itu mampu menggerus suara dominan.
Misal, ketika Ganjar memilih nama selain Erick untuk menambah kekurangan suara di Jakarta, belum tentu nama itu bisa menggerus suara dari Anies dan sebaliknya. Menurut Hanta, yang bisa diambil wilayah-wilayah tidak bertuan yang tidak kuat.
"Arah kekuatan cawapres itu sudah mengkristal, menguat ke basis capres, Jadi, kalau keliru mengambil keputusan, misal Ganjar mengambil AHY, tidak kuat untuk menggerus basis Anies karena preferensi orang akan cenderung memilih capres," ujar Hanta.