REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Program studi Manajemen Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengadakan seminar Digital Management Transformation bertajuk Challenges, Opportunity and Future Trends. Seminar ini dihadiri ribuan peserta yang berasal dari mahasiswa semester 3 prodi Manajemen Universitas BSI yang dibagi menjadi tiga hari yaitu terhitung sejak 30 November dan Desember 2022.
Seminar ini dihadiri oleh Ketua Prodi Manajemen Universitas BSI Nurvi Oktiani serta menghadirkan narasumber Direktur PT Jaringan Media Komunikasi Nusantara, Johannes Darmawan. Dalam sambutannya Nurvi menyampaikan mahasiswa Prodi Manajemen Universitas BSI harus memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk menggali ilmu sebanyak mungkin melalui fasilitas berbagai seminar yang mendatangkan narasumber seorang praktisi.
“Agar banyak menambah ilmu praktikal sehingga ke depannya dapat menjadi nilai tambah untuk rekan-rekan mahasiswa prodi Manajemen Universitas BSI,” tutur Nurvi, Rabu (30/11/2022).
Johannes dalam materinya mengatakan penerapan teknologi digital berdampak luas terhadap berbagai aspek organisasi lembaga/ perusahaan. “Beberapa aspeknya adalah meningkatnya penggunaan artificial intelligence, proses industri semakin efisien, menyusutnya jumlah tenaga kerja, paperless, menyusutnya aset, serta meningkatnya skala dan volume bisnis,” jelasnya.
Ia menjelaskan transformasi digital adalah perubahan yang berhubungan dengan penerapan teknologi digital dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Sebagai contoh perusahaan Gojek yang sudah berdiri selama sembilan tahun memiliki nilai valuasi sebesar Rp 150 triliun.
“Mereka tidak memiliki armada transportasi, tidak menggaji karyawan, dan tidak membayar asuransi. Contoh lainnya adalah toko online yang bisa menjual ratusan ribu unit produk. Coverage bisnis online bisa menjangkau sampai pelosok,” kata Johannes.
Disrupsi digital adalah suatu perkembangan baru karena adanya inovasi yang mengubah bagaimana cara, struktur, serta fungsi bisnis dan industri. Dampak dari inovasi tersebut adalah seperti terciptanya pasar baru, mengganggu eksistensi pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan berbagai hal terdahulu dengan sistem yang lebih sempurna.
Johannes juga mencontohkan disrupsi digital di berbagai bidang. Seperti disrupsi digital di bidang kesehatan dengan munculnya aplikasi halodoc yang memiliki banyak fitur untuk memudahkan masyarakat dalam hal kesehatan, disrupsi digital di bidang fintech, pembukaan rekening dan pelayanan lainnya bisa digunakan melalui smartphone.
“Sehingga kantor cabang bank akan semakin berkurang. Disrupsi digital di bidang pendidikan, proses pendidikan panjang kini dipangkas dengan pelatihan online. Jangkauan lebih luas, murah, dan tidak terkendala masalah ruang belajar,” paparnya.
Ia menyebut disrupsi digital di bidang retail, transaksi digital mengubah transaksi B to B menjadi B to C dan memberikan experience belanja online lebih unik, realtime, mendapat review dari buyer sebelumnya, dan bisa tahu performance seller. “Dampak positif dari disrupsi digital adalah bisnis menjadi lebih efisien karena teknologi melahirkan berbagai kemudahan, persaingan bisnis lebih kompetitif, masyarakat dipaksa beradaptasi secara cepat, model bisnis konvensional diubah menjadi modern, bisnis dan perusahaan juga diharuskan untuk selalu mengembangkan produknya (product development) sesuai respons pasar,” katanya.
Ia menambahkan upaya menghadapi transformasi digital adalah dengan cara meningkatkan kualitas dan kapabilitas SDM, melakukan transformasi ke arah digital, dan berinovasi memanfaatkan teknologi terkini. Transformasi digital bukan semata perangkat dan keahlian tapi juga perubahan budaya, cara berpikir, dan etika.