REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polda Metro Jaya mengatakan proses autopsi jenazah satu keluarga yang beranggotakan empat orang di Kalideres, Jakarta Barat, masih berjalan. Autopsi dilakukan untuk memastikan penyebab kematian.
"Mengenai sebab-sebab kematian, kami sedang menanti hasil dari pemeriksaan patologi anatomi yang saat ini sedang di dalami para ahli kedokteran forensik gabungan dari kedokteran forensik Polri maupun RSCM dan Universitas Indonesia," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi di Jakarta, Selasa.
Hengki mengatakan selain proses autopsi, tim psikolog forensik juga masih menggelar proses investigasi psikologi forensik untuk mendalami kondisi psikologis para korban sebelum meninggal. "Tim asosiasi psikologi forensik masih terus mendalami motif psikologis kematian melalui otopsi psikologis," ujarnya.
Hengki menegaskan proses penyelidikan untuk menguak tabir misteri terkait meninggalnya satu keluarga beranggotakan empat orang tersebut, akan selaku mengacu pada sains dan fakta yang ditemukan oleh penyidik. "Scientific crime investigation selalu menjadi acuan atau metode pembuktian utama," ujarnya.
Penemuan tewasnya satu keluarga itu berawal ketika ketua RT setempat mencium bau busuk dari dalam rumah korban di Kalideres, Jakarta Barat, pada Kamis (11/10) sekitar pukul 18.00 WIB.
Ketua RT langsung melapor ke Polsek Kalideres terkait temuan bau busuk itu. Bersama polisi, ketua RT akhirnya mendobrak masuk ke dalam rumah tersebut.
Ketika pintu utama dibuka, petugas mendapati empat mayat di tiga ruangan berbeda, yakni ruang tamu, kamar tengah dan ruang belakang.
Polisi langsung melakukan pemeriksaan di sekitar lokasi. Setelah itu, keempat korban kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati (Jakarta Timur) untuk proses autopsi.
Polda Metro Jaya menegaskan, analisis awal penyidik terkait satu keluarga yang ditemukan tewas di Kalideres, bukan disebabkan oleh kelaparan. Penyidik Polda Metro Jaya juga mematahkan dugaan yang menyebut kematian satu keluarga itu adalah akibat aksi perampokan.
Dugaan perampokan bisa dipatahkan setelah tim penyidik menemukan adanya bukti digital komunikasi dari salah satu penghuni rumah untuk menjual sejumlah barang dari rumah tersebut.
Pihak kepolisian juga telah melacak dan memintai keterangan kepada pihak pembeli barang tersebut dan atas dasar keterangan dan temuan penyidik, maka dugaan perampokan bisa dipatahkan.
Pemeriksaan terhadap tiga orang saksi terkait kasus tersebut juga mengungkapkan fakta bahwa ada anggota keluarga tersebut yang telah meninggal sejak Mei 2022, namun tidak dilaporkan.
Berjalannya proses investigasi juga menemukan adanya dugaan ritual yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga tersebut.
Dugaan tersebut muncul berdasarkan keterangan saksi-saksi dan ditemukannya buku-buku lintas agama, serta mantra, dan kemenyan.
Penyidik kemudian akan berkonsultasi dengan pakar dalam bidang tersebut untuk melengkapi proses penyelidikan.