Selasa 29 Nov 2022 05:19 WIB

FGD Hasil Riset KPU Bali, Dimas Oky Bahas Pemilih Pemula 2024

KPU harus bisa menyasar anak muda melalui isu-isu kepemudaan melalui sosialisasi.

Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho menjadi pembicara di FGD yang diadakan KPU Provinsi Bali di di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Senin (28/11/2022).
Foto: Dok pribadi
Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho menjadi pembicara di FGD yang diadakan KPU Provinsi Bali di di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Senin (28/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali bersama tim peneliti Universitas Udayana (Unud) pada Juli 2022 menggelar survei kepada 18 ribu responden siswa SMA dan SMK di Pulau Dewata. urvei tersebut berisikan sejumlah pertanyaan mengenai perilaku politik dan komunikasi mereka sebagai calon pemilih pemula pada pemilu 2024.

Sebanyak 83 persen dari 1.800 responden kalangan generasi Z di Bali mengaku ingin mengetahui proses pemilu di tempat pemungutan suara (TPS). Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho diminta sebagai narasumber focus group discussion (FGD) Diseminasi Hasil Survei Kepedulian Segmen Pemilih Generasi Z pada Pemilu Serentak Tahun 2024 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Senin (28/11/2022).

Menurut Dimas, hasil survei dan riset itu mengindikasikan generasi muda memiliki pengetahuan politik yang baik serta berminat mengetahui pemilu dan politik lebih jauh. Menurut dia, generasi Z atau kalangan pemilih pemula memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelum mereka.

"Pemerintah melalui lembaga nasional seperti KPU harus bisa menyasar anak muda melalui isu-isu kepemudaan dalam melakukan komunikasi dan sosialisasi, sehingga pesan-pesan strategis sosialisasi dalam pemilu bisa tersampaikan dengan baik kepada anak muda," ujar Dimas.

Dia mengatakan, pemerintah, penyelenggara pemilu, dan peserta pemilu perlu menyiapkan strategi khusus untuk mendorong partisipasi pemilih muda dalam pemilu. Tetapi, Dimas mengajak, anak muda jangan hanya dijadikan sebagai bahan justifikasi yang artifisial atau objek eksploitasi dari kepentingan-kepentingan politik yang bermain.

"Jangan hanya dijadikan sekedar pemilih pasif, tapi juga diperkuat pemahaman atau pendidikan politik kritis, serta ruang dan kesempatan yang lebih besar untuk ikut berpartisipasi aktif," ujar Dimas.

Pemilih muda merupakan kantong suara yang besar, sambung dia, diestimasikan lebih dari 50 persen dari seluruh pemilih dalam pemilu 2024. Dengan begitu, keberadaan para pemilih muda akan berpengaruh signifikan pada pemilu mendatang.

”Anak muda bukan sekadar dijadikan objek, melainkan perlu diedukasi mengenai pemilu karena mereka menjadi kunci dalam demokrasi, sehingga keterlibatan anak muda perlu didorong lebih maju dan paham tentang tanggung jawabnya untuk negeri ini,” ucap Dimas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement