Selasa 22 Nov 2022 14:17 WIB

Aksi Berlutut Timnas Inggris dan Cerita Harry Kane Akhirnya Batal Pakai Ban Kapten Pelangi

Tidak bisa mengenakan ban kapten 'OneLove' di Qatar, Harry Kane merasa 'dirampas'.

 Harry Kane dari Inggris terlihat sebelum dimulainya pertandingan sepak bola grup B Piala Dunia antara Inggris dan Iran di Stadion Internasional Khalifa, di Doha, Qatar, Senin, 21 November 2022.
Foto: AP / Martin Meissner
Harry Kane dari Inggris terlihat sebelum dimulainya pertandingan sepak bola grup B Piala Dunia antara Inggris dan Iran di Stadion Internasional Khalifa, di Doha, Qatar, Senin, 21 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani, Rahmat Fajar

Squad timnas Inggris berlutut sebelum kick-off laga perdana Grup B Piala Dunia 2022 melawan Iran pada Senin (21/11/2022) malam WIB. Aksi atau gestur dukungan terhadap gerakan antirasisme itu gagal dilengkapi oleh Harry Kane yang sebelumnya berencana mengenakan ban kapten 'OneLove' bercorak pelangi, simbol dukungan terhadap LGBTQ.

Baca Juga

Niat Harry Kane dan sebagian kapten timnas dari negara Eropa mengenakan ban kapten pelangi batal lantaran FIFA melarangnya. Tuan rumah Qatar, sebagai negara Muslim menolak simbol-simbol yang mendukung kelompok atau gerakan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam digunakan pada gelaran Piala Dunia.

Sebelum membahas soal batalnya Harry Kane mengenakan ban kapten pelangi, mari kita nukil sedikit sejarah gerakan aksi berlutut yang dilakoni Harry Kane cs. Seperti dirangkum Reuters, Senin (21/11/2022), adalah atlet rugby Amerika Serikat dari klub San Francisco 49ers, Colin Kaepernick yang pertama kali memulai aksi berlutut itu.

Dalam sebuah laga pramusim NFL pada 2016, Kaepernick menolak berdiri saat lagu kebangsaan AS diperdengarkan dan berlutut pada laga selanjutnya. Aksi Kaepernick itu kemudian memicu perdebatan secara nasional sampai disangkutpautkan dengan isu rasisme dan politik. 

Pada laga-laga 49ers selanjutnya, aksi berlutut Kaepernick diikuti oleh rekan setimnya saban lagu "The Star-Spangled Banner" diputar sebelum laga NFL. Aksi berlutut itu dijadikan gestur melawan rasisme yang mereka nilai terpola lewat bagaimana polisi memperlakukan keturunan Afrika-Amerika di AS.

Pada musim berikutnya, Kaepernick tanpa klub dan tidak ada klub yang mengontraknya. Aktivismenya dinilai oleh sebagian pengamat sebagai alasan tim-tim NFL khawatir. Apalagi aksi Kaepernick saat itu sampai memantik perhatian Presiden AS kala itu, Donald Trump yang meminta klub-klub NFL menjatuhkan sanksi larangan bermain bagi pemain yang berlutut saat lagu kebangsaan berkumandang.

 

 

 

Setelah kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis, gerakan The Black Lives Matter kemudian mendunia. Klub-klub top Liga Primer Inggris sempat mengenakan jersey dengan logo the Black Lives Matter sebelum diganti dengan "No Room for Racism".

Sejak saat itu pula, tim-tim di Inggris berlutut sebelum kick-off sebagai bentuk solidaritas atas kematian Floyd dan mendukung gerakan kesetaraan. Sebuah polling yang digelar YouGov pada Juni 2021, menghasilkan angka 54 mendukung aksi berlutut timnas Inggris dan 39 persen sebaliknya.

 

Pelatih timnas Inggris Gareth Southgate menjadi bagian yang selalu mendukung dan ikut berlutut setiap timnya memulai laga. Ia menilai, para pemainnya yang berkulit hitam memerlukan solidaritas setelah menerima serangan rasisme bertubi-tubi secara online pada laga-laga tertentu timnas Inggris di Eropa tahun lalu.

Lewat aksi berlutut sebelum kick-off, timnas Inggris berusaha mendemonstrasikan aksi melawan diskriminasi. Sebelum latihan pada Ahad (20/12/2022), the Three Lions telah mendiskusikan hal ini.

"Kami merasa harus melakukannya. Itu adalah pesan yang kuat untuk dunia, khususnya anak muda," kata Southgate, pada konferensi pers sebelum laga kontra Iran.

In Picture: Inggris Libas Iran dengan Skor Telak 6-2

photo
Raheem Sterling dari Inggris (kanan) melewati tiga pesepakbola Iran pada pertandingan sepak bola grup B Piala Dunia antara Inggris dan Iran di Stadion Internasional Khalifa di Doha, Qatar, Senin (21/11/2022). - (AP/Hassan Ammar)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement