REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan virus polio penularannya melalui feses dan air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus polio. Karenanya, ketika ditemukan satu kasus polio tipe-2 di Pidie, Aceh, kementerian kesehatan langsung mengunjungi lokasi tempat anak tersebut tinggal.
“Ini lingkungan di belakang tempat main anak-anak, memang ada dibangun MCK (mandi cuci kakus), tetapi ruangannya itu ya sungai-sungai kecil itu, ini tempat main anak-anak di sini,” kata Maxi, sambil menunjukkan foto sungai kecil dan terdapat kayu yang melintang dan terdapat ember di dekatnya.
Maxi berharap agar anak-anak itu tidak membuang tinja di sungai, karena yang dikhawatirkan, tinja yang mengandung virus polio itu kemudian menyebar di sungai Pidie. Ditambah lagi, anak yang terinfeksi polio tidak memiliki riwayat imunisasi polio dan tidak ada riwayat bepergian kemanapun.
“Saat dia mengeluarkan kotoran atau feses, kemudian tidak masuk ke septic tank, ke lingkungan yang ada di sungai, ada di air itu bisa menjadi sumber tempat penularan virus,” kata Maxi dalam konferensi pers daring, Sabtu (19/11/2022).
“Kita sudah ambil sampel air di beberapa titik (di Pidie), dalam 1-2 hari hasilnya keluar, jadi perilaku buang air sembarangan itu punya potensi jadi kemungkinan penularannya itu,” sambungnya.
Maxi menjelaskan, bahwa masa inkubasi virus polio adalah 3 hari sampai satu minggu kemudian kelumpuhan mulai menyerang dalam waktu 7 sampai 21 hari. Anak di Aceh yang terinfeksi polio ini, awalnya hanya mengalami sakit demam dan flu pada tanggal 6 kemudian tanggal 9 mulai mengalami nyeri di tungkai dan merasa lemah, sehingga langsung dilarikan ke rumah sakit umum daerah. Pada tanggal 21-22 dokter anak mulai mencurigai adanya infeksi virus polio sehingga diambil sampel dan hasilnya positif bahwa anak tersebut terinfeksi polio tipe-2.
“Anak itu mengecil di bagian otot paha dan betis dan kalau lihat kondisinya kemarin saya lihat sudah jalan sekalipun masih tertatih. Memang tidak ada obat tapi nanti di fisioterapi untuk mempertahankan masa otot,” kata Maxi