Rabu 16 Nov 2022 13:01 WIB

Hasto Nilai Kader Muhammadiyah Cocok Sebagai Calon Pemimpin Bangsa

Kader Muhammadiyah layak disiapkan menjadi pemimpin di lembaga politik.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Hasto Kristiyanto saat menjadi pembicara dalam diskusi Road to Muktamar Muhammadiyah bertema Suksesi Kepemimpinan 2024 di Gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (15/11/2022).
Foto: Dok Republika
Hasto Kristiyanto saat menjadi pembicara dalam diskusi Road to Muktamar Muhammadiyah bertema Suksesi Kepemimpinan 2024 di Gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (15/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, menyatakan, bahwa pihaknya mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin dari kader Muhammadiyah. Menurutnya, kader Muhammadiyah layak disiapkan menjadi pemimpin di lembaga politik.

"Dari Muhammadiyah bisa kita gali way of leadership. Bung Karno ingin kain kafannya ditutup dengan bendera Muhammadiyah dan begitu memahami Islam is a progress," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/11).

Hasto menyebut, menyikapi 2024 kader-kader Muhammadiyah dapat disiapkan sebagai calon legislatif ataupun eksekutif melalui parpol. "Saatnya kita menyiapkan kader-kader Muhammadiyah dengan cara-cara Bung Karno, KH Ahmad Dahlan, KH Agus Salim, Ir. Djuanda dll dengan menggembleng diri, menjadi sosok pemimpin yang diidealkan. Sehingga muncul visi kepemimpinan yang kuat," ucapnya.

Selain itu, Hasto juga menyatakan, bahwa gotong royong dalam konfigurasi politik nasional saat ini harus dibangun berdasarkan akar sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dia menjelaskan, jika melihat dalam kesadaran historis serta apa yang menjadi jiwa gotong royong bangsa Indonesia, maka bisa dilihat bagaimana Muhammadiyah didirikan tahun 1912, kemudian Nahdlatul Ulama (NU) berdiri pada 1926, serta PNI di tahun 1927.

Mengutip hasil survei saat ini, Hasto menuturkan, banyak pemilih atau pendukung Muhammadiyah preferensi politiknya ke PAN. Kemudian 1926 NU, dan secara kultural memiliki preferensi ke PKB, PPP, dan PDI Perjuangan, dimana PDI Perjuangan hadir sebagai rumah kebangsaan Indonesia Raya.

"Ini kan sama-sama berjuang untuk kemerdekaan bangsa kita. Kemudian PDI Perjuangan, PAN, PPP, PKB memiliki akar historis yang kuat sebagai cermin gotong royong nasional untuk mencapai kemerdekaan Indonesia,” kata Hasto.

Tak hanya itu, Hasto juga menyebut, Golkar yang sejatinya didirikan oleh Bung Karno sebagai kelompok fungsional, yang kemudian dibesarkan pada masa Orde Baru. Begitu juga Gerindra yang juga bagian dari akar perjuangan bangsa, lantaran kakek Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto merupakan seorang pahlawan nasional.

"Dengan melihat konfigurasi partai partai yang memiliki rekam jejak sejarah perjuangan bangsa dan negara, kalau ini bisa membangun kekuatan gotong royong nasional maka akan menentukan stabilitas politik, ekonomi dan mengejar ketertinggalan kita dibandingkan bangsa bangsa lain," ungkap Hasto. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement