Senin 14 Nov 2022 08:40 WIB

Senator DPD: Kegagalan Atasi Banjir Jateng Selatan Timbulkan Kerawanan Pangan

Petani Jateng Selatan terlambat tanam akibat banjir yang terus datang

Warga melintasi genangan banjir menggunakan kendaraan roda dua di Desa Kawunganten, Cilacap, Jateng, Sabtu (8/10/2022). Curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir menyebabkan sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Kebumen mengalami bencana banjir dan longsor yang menyebabkan satu orang meninggal akibat tertimpa longsor.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Warga melintasi genangan banjir menggunakan kendaraan roda dua di Desa Kawunganten, Cilacap, Jateng, Sabtu (8/10/2022). Curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir menyebabkan sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Kebumen mengalami bencana banjir dan longsor yang menyebabkan satu orang meninggal akibat tertimpa longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senator DPD RI, DR Abdul Kholik, mengatakan banjir yang terus beulang di sepanjang selatan Jawa Tengah (Jateng) berpotensi timbulkan kerawanan pangan. Pasalnya, banjir yang berulangkali datang berdampak mengacaukan musim tanam.

''Sampai pertengahan November ini petani masih belum bisa mengawali menanam padi karena gagal berkali-kali menyemai benih. Mereka tak bisa segera segera tanam karena alahan sawahnya berulangkali terendam dan tersapu banjir,'' kata Abdul Kholik, di Jakarta, Senin (14/11/2022).

Menurut Kholik, apabila penanganan banjir di selatan Jawa Tengah  tidak bisa segera dituntaskan, dipastikan akan menggagalkan upaya petani ketika menanam padi. Apalagi dalam rentang tiga bulan ke depan, yakni sampai Januari 2023, kondisi cuaca yang ekstrim diperkirakan masih akan terjadi.Artinya sewaktu-waktu tanaman padi akan terancam puso karena terendam banjir.

''Hal ini tampak jelas pada tren banjir di selatan Jawa Tengah yang kian terus meningkat, baik ketinggian volume banjir maupun maupun waktu surutnya yang semakin panjang. Hal ini ditengarai akibat kegagalan mengelola sungai-sungai di wilayah Jawa Tengah Selatan itu. Banyak daerah aliran sungai di Cilacap, Banyumas, Kebumen, dan Purworejo mengalami kerusakan akut sehingga menahan aliran air ke muara. Apalagi daerah hulu sungai di wilayah itu juga rusak. Waduk mengalami sedimentasi akut sehingga debit air terbatas, contohnya waduk Mrican dan sungai Serayu,'' ujarnya.

Melihat kenyataan itu, tegas Kholik, pemerintah harus segera bertindak mengatasi kerawanan yang kini masih terjadi. Wilayah hulu sungai harus segera direvitalisasi untuk cegah erosi, sedangkan di wilayah hilir segera dinormalisasi agar aliran air bisa lancar.

''Saat ini kondisi semakin menyulitkan masyarakat, terutama para buruh tani yang tidak memiliki cadangan pangan cukup. Mereka sangat tergantung pada masa panen padi untuk memenuhi kebutuhna pangannya. Persediaan pangan para buruh tani saat ini semakin menipis. Apabila datangnya masa panen mengalami kemunduran, mereka pasti akan semakin kesulitan karena masa panen yang terakhir pun hasilnya kurang bagus akibat serangan hama wereng. Di situlah saya mewanti-wanti agar suasana rawan pangan jangan sampai terjadi,'' kata Kholik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement