Rabu 09 Nov 2022 17:16 WIB

Sebut Pilpres 2024 Jatah Prabowo, Pengamat: Jokowi Singgung Prabowo dan Megawati

Jokowi dinilai ingin menunjukkan level capaian dan kelas politiknya dibanding Prabowo

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus raharjo
Pasang surut hubungan Prabowo dan Jokowi.
Foto: Republika
Pasang surut hubungan Prabowo dan Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID,

Pengamat Sebut Jokowi Justru Rendahkan Prabowo Saat Sebut Giliran Prabowo Presiden

Baca Juga

JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut saatnya giliran Prabowo Subianto menjadi presiden justru bukan memberi restu Prabowo, namun menyindir mantan Pangkostrad tersebut. Sebab ia menilai Jokowi seperti memamerkan keberhasilannya atas Prabowo yang telah tiga kali mencapreskan diri dan kalah.

"Jokowi memamerkan kemenangannya dalam dua Pilpres 2014 dan 2019 di hadapan Prabowo. Hal itu seolah ingin menunjukkan level capaian dan kelas politiknya yang jauh berbeda dibanding mereka yang kalah Pilpres," kata Umam, Rabu (9/11/2022).

Umam menilai, Jokowi seperti kehilangan sensitivitasnya terkait kompetisi pilpres yang tiga kali berturut-turut telah membuat Prabowo kalah. Bahkan ia menilai, statemen Jokowi itu sebenarnya bukan hanya menyinggung Prabowo yang telah kalah di Pilpres 2014 dan 2019, tetapi juga secara tidak langsung menyinggung Megawati Soekarnoputri.

Sebab sebagaimana publik ketahui, Ketua Umum PDI Perjuangan itu juga pernah kalah berturut-turut di Pilpres 2004 dan 2009. Bahkan, kekalahan Megawati saat itu terjadi saat dirinya berada di posisi incumbent, masih memegang pemerintahan usai menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid yang dilengserkan dari kursi presiden.

Umam menilai, dalam konteks ini, melihat ego Jokowi sudah cukup tinggi untuk dipemamerkan ke banyak tokoh politik senior. Hal itu bisa jadi dikarenakan akibat sudah cukup lamanya Jokowi berada di pemerintahan mulai wali Kota Solo, Gubernur Jakarta hingga dua periode presiden. Posisi menikmati kekuasaan itu, dinilai Umam, seolah menurunkan level sensitivitasnya.

"Ini seolah menjadi penting bagi dirinya untuk memamerkan capaian dan menunjukkan kelasnya yang berbeda jauh dibanding mereka yang kalah Pilpres, yakni Prabowo dan Megawati itu sendiri," terangnya.

Padahal, ia berharap, seharusnya Jokowi paham dan lebih sensitif. Karena bagaimanapun capaian dia saat ini, karier politiknya tidak lepas dari peran Prabowo yang mendukungnya di Pilkada DKI Jakarta 2012. Termasuk juga peran Megawati yang mendukungnya di Pilpres 2014 dan 2019.

"Dalam tradisi Jawa, sebaiknya Jokowi kembali memahami nasehat ojo dumeh, jangan mentang-mentang, karena di balik capaian dan prestasi kita, selalu ada peran orang lain di belakangnya," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement